Rupiah Tak Berharga di Hadapan Dolar Singapura & Australia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 December 2020 14:17
Ilustrasi Dollar Rupiah
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah masih melemah melawan dolar Singapura dan Australia, meski virus corona sudah tiba di Indonesia kemarin malam.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 13:20 WIB, rupiah melemah 0,17% melawan dolar Singapura ke Rp 10.561,01.SG$, dan 0,2% melawan dolar Australia di Rp 10.473,48/AU$.

Kemarin malam, sebanyak 1,2 juta vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech tiba di Indonesia, hal ini disampaikan langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Saya ingin menyampaikan satu kabar baik, hari ini pemerintah sudah menerima 1,2 juta doss vaksin Covid, vaksin ini buatan Sinovac yang kita uji secara klinis di Bandung dari Agustus lalu," kata Jokowi, seperti dikutip Minggu (6/12/2020).

Di bulan Januari nanti juga akan ada tambahan vaksin lagi yang datang. Meski demikian, pelaksanaan vaksinasi belum bisa dilakukan segera.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato mengungkapkan meski vaksin sudah data dan berada di Indonesia, pelaksanaan vaksinasi masih harus melalui tahapan evaluasi dari Badan POM guna memastikan aspek mutu dan efektivitas dan fatwa MUI untuk aspek halal.

Saat vaksinasi masih belum bisa dilakukan dalam waktu dekat, penyebaran penyakit virus corona (Covid-19) justru sedang menanjak, yang membuat rupiah tertekan.

Tekanan bagi rupiah sudah muncul sejak awal pekan lalu, setelah kasus Covid-19 mencetak rekor penambahan harian 6.267 kasus pada hari Minggu (29/11/2020). Rekor tersebut kemudian pecah lagi pada Kamis (3/12/2020), jumlah kasus baru tercatat sebanyak 8.369 orang.

Dalam 2 pekan terakhir, rata-rata penambahan kasus juga meningkat menjadi 1,03% per hari, dibandingkan 2 pekan sebelumnya 0,92% per hari.

Lonjakan kasus tersebut tentunya membuat investor cemas jika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan kembali diketatkan, yang dapat menghambat pemulihan ekonomi Indonesia.

Sementara itu cadangan devisa (cadev) Indonesia kembali mengalami penurunan di bulan November, meski cukup tipis. Tetapi, jika melihat ke belakang cadev sudah mengalami penurunan dalam 3 bulan beruntun.

Pada Senin (7/12/2020), Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa hingga akhir bulan lalu sebesar US$ 133,6 miliar. Turun US$ 100 juta dibandingkan Oktober 2020 yaitu US$ 133,7 miliar.

Dalam 2 bulan sebelumnya, cadev mengalami penurunan US$ 1,7 miliar dan US$ 1,8 miliar. Sementara di bulan Agustus, cadev mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 137 miliar.

Pembayaran utang pemerintah masih menjadi pemicu penurunan cadev di bulan November.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan proyeksi utang pemerintah yang jatuh tempo pada 2020 sebesar Rp 238 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari jatuh tempo obligasi negara Rp 158 triliun dan pinjaman Rp 80 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura & Australia Meroket, Ada Apa Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular