Melesat Dekati 5.300, IHSG Balik Merah Diterpa Profit Taking

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 November 2020 09:31
Bursa Efek Indonesia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat pada pembukaan perdagangan Jumat (6/11/2020), setelah melesat lebih dari 3% kemarin. Sentimen pelaku pasar global yang sedang bagus merespon hasil sementara pemilihan umum di Amerika Serikat (AS) mendongkrak kinerja bursa kebanggaan Tanah Air.

Begitu perdagangan dibuka, IHSG langsung menguat 0,3% ke 5.276,164. Penguatan IHSG semakin terakselerasi hingga menyentuh level 5.296,271 atau menguat 0,68%, sebelum berbalik melemah 0,19% ke 5.250,346 pada pukull 9:16 WIB.

Maklum saja, kenaikan tajam dalam beberapa hari terakhir tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) di pasar.

Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) Rp 62,37 miliar di pasar reguler.

Tanda-tanda IHSG akan menguat di awal perdagangan sudah terlihat sejak dini hari tadi, saat bursa saham AS (Wall Street) melanjutkan reli.

Indeks Dow Jones dan S&P 500 membukukan penguatan 1,95% ke 28.390,18 dan 3.150,45, sementara Nasdaq melesat 2,6% ke 11.890,93.

Penguatan tersebut membuat ketiga indeks utama tersebut menuju pekan terbaik sejak bulan April, sekaligus membaikkan kemerosotan tajam pekan lalu. Dalam 4 hari perdagangan pekan ini, indeks Dow Jones menguat 7,1%, S&P 500 7,4%, dan Nasdaq memimpin 9%.

Penguatan Wall Street yang merupakan kiblat bursa saham dunia dipicu oleh hasil sementara pemilihan umum di AS yang menunjukkan Biden unggul dari Trump, sementara DPR masih tetap dikuasai Partai Demokrat dan Senat dikontrol Partai Republik. Artinya blue wave atau kemenangan mutlak Partai Demokrat kemungkinan tidak terjadi.

Dengan skenario tersebut, seandaianya Biden menjadi presiden AS ke-46, rencananya untuk menaikkan pajak korporasi akan sulit terealisasi, sementara perang dagang dengan China kemungkinan akan berakhir atau setidaknya tidak memburuk.

Artinya, korporasi di AS "menang banyak", belum lagi jika pemerintahan Biden mampu meloloskan paket stimulus fiskal senilai US$ 2,2 triliun yang sebelumnya diajukan Partai Demokrat, tentunya pasar akan semakin sumringah. Negara-negara emerging market seperti Indonesia juga berpotensi kecipratan aliran modal.

Hingga saat ini, belum ada penambahan jumlah electoral vote untuk Biden maupun Trump. Perhitungan suara masih berlangsung di beberapa negara battleground, Biden masih unggul dengan 253 electoral vote, sementara Trump 214 electoral vote, berdasarkan data NBC News. Untuk memenangi pilpres AS diperlukan minimal 270 electoral vote.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump-Biden Sedang Debat & Kabar Baik China, Begini Arah IHSG

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular