Analisis Teknikal

Biden Makin Dekat Jadi Presiden AS, Sesi 2 IHSG Siap Ngegas!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 November 2020 13:17
Democratic presidential candidate former Vice President Joe Biden gestures while speaking during the first presidential debate Tuesday, Sept. 29, 2020, at Case Western University and Cleveland Clinic, in Cleveland, Ohio. (AP Photo/Patrick Semansky)
Foto: Calon presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden berbicara saat debat pertama calon presiden di Case Western University dan Cleveland Clinic, di Cleveland, Ohio, Selasa (29/9/2020). (AP Photo/Patrick Semansky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,13% ke 5.166,152 di perdagangan sesi I Rabu (4/11/2020).

Sebelumnya, bursa kebanggaan Tanah Air ini bahkan sempat menguat 0,55% ke 5.188.009, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 9 September lalu.

Nilai transaksi di pasar mencapai Rp 3,55 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih di pasar reguler sebesar Rp 13,51 miliar. 

Calon Presiden dari Partai Demokrat, Joseph 'Joe' Biden yang unggul jauh dari petahana dari Partai Republik Donald Trump menopang penguatan IHSG.

Melansit AP, Joe Biden unggul setelah meraih 209 electoral vote hingga siang ini, sementara Trump 118. Diperlukan minimal 270 electoral vote untuk memenangi pilpres di AS.

Berdasarkan data dari AP, hingga pukul 12:00 WIB Joe Biden unggul dengan memperoleh 209 electoral vote sementara Trump 118. Diperlukan minimal 270 electoral vote untuk memenangi pilpres dan menjadi Presiden of The United States (POTUS).

Kemenangan dengan keunggulan telak diperlukan untuk menghindari gugatan pilpres yang bisa memicu ketidakpastian di pasar.

"Pada akhirnya, pasar ingin kejelasan, dan ancaman utama terhadap bursa saham pekan ini adalah munculnya gugatan pilpres, sehingga jika persaingannya ketat hingga membuka peluang menggugat, menunda, atau memperpanjang penghitungan suara, bursa saham akan berbalik turun," tutur Tom Essaye, pendiri The Sevens Report, kepada CNBC International.

Hasil riset JP Morgan yang dirilis pada 29 Oktober lalu juga menunjukkan pasar saham maupun mata uang negara-negara emerging market akan diuntungkan jika Biden menjadi orang nomor 1 di Negeri Paman Sam. Sebab kebijakan perdagangan yang diambil dikatakan kurang impulsif.

Secara teknikal, IHSG kini bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50), MA 100 dan MA 200, yang bisa memberikan momentum penguatan.

IHSG juga sukses bertahan di atas 5.163 yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%.

Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.

jkseGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Selama bertahan di atas 5.163, IHSG berpeluang menguat lagi ke 5.200. Target selanjutnya jika level tersebut juga dilewati adalah 5.230.

Indikator Stochastic pada grafik 1 jam berada di wilayah jenuh beli (overbought). 

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang berada di wilayah overbought berisiko memicu koreksi, jika IHSG kembali ke bawah level 5.163.

Support berada di kisaran 5.105, jika ditembus IHSG berisiko melemah menuju ke support 5.060, sebelum menuju level psikologis 5.000.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump-Biden Sedang Debat & Kabar Baik China, Begini Arah IHSG

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular