
Untung Market RI Cuma Buka 2 Hari, Kalau Tidak...

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini adalah periode yang pendek di pasar keuangan Indonesia. 'Lapak' hanya dibuka hari ini dan besok, sisanya libur panjang peringatan Maulid Rasulullah SAW.
Di satu sisi, pelaku pasar hanya punya ruang sempit untuk mencari cuan di pasar saham, valas, maupun obligasi pemerintah Tanah Air. Ini membuat pelaku pasar memilih woles dulu, untuk apa bermain agresif kalau cuma bisa berdagang dua hari.
Namun di sisi lain, Indonesia patut bersyukur. Sebab pekan ini sepertinya bakal menjadi periode yang penuh onak dan duri. Jalan bakal berliku, terjal, dan berbatu.
Ya, pasar keuangan global rasanya bakal mengalami tekanan pada pekan ini. Setidaknya ada dua penyebabnya.
Pertama adalah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang semakin ganas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 25 Oktober 2020 mencapai 42.512.186 orang. Bertambah 438.633 orang (1,04%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (12-25 Oktober), rata-rata penambahan pasien baru adalah 381.860 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 313.089 orang.
Sementara rata-rata laju pertumbuhan pasien dalam dua pekan terakhir adalah 0,96% per hari. Lebih tinggi ketimbang dua minggu sebelumnya yaitu 0,9%.
Benua Eropa masih jadi perhatian. Per 25 Oktober, jumlah pasien positif corona di Benua Biru tercatat 9.255.953 orang. Bertambah 186.836 orang (2,06%). Dibandingkan hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien baru bertambah 163.135 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yakni 89.920 orang.
Sedangkan laju pertumbuhan kasus rata-rata selama dua pekan terakhir ada di 2,05%. Padahal dua minggu sebelumnya 'hanya' 1,43%.
Untuk mempersempit ruang gerak penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu, sejumlah negara kembali memperketat pembatasan sosial (social distancing). Warga kembali diminta sebisa mungkin #dirumahaja, jangan beraktivitas di luar rumah kalau tidak penting-penting amat.
Beberapa waktu lalu Prancis sudah memberlakukan keadaan darurat nasional. Kini giliran Spanyol yang mengambil langkah serupa.
"Kita hidup dalam kondisi ekstrem. Ini adalah krisis kesehatan paling serius abad ini," tegas Pedro Sanchez, Perdana Menteri Spanyol, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Atas nama darurat nasional, pemerintah Spanyol memberlakukan jam malam dan larangan bepergian ke luar kota di seluruh wilayah. Warga dilarang keluar rumah di atas pukul 22:00 waktu setempat.
Well, bagaimana pun krisis kali ini adalah krisis kesehatan. Ketika aspek kesehatan bermasalah, maka aspek-aspek lainnya harus mengalah termasuk ekonomi.
Pengetatan social distancing tentu akan membuat ekonomi jadi 'mati suri'. Kalau semakin banyak negara yang menempuh langkah seperti Prancis dan Spanyol, maka ekonomi dunia bakal semakin mengkerut. Pertumbuhan negatif alias kontraksi akan menjadi pemandangan yang biasa, resesi menjadi semakin panjang dan lama.
