
Untung Market RI Cuma Buka 2 Hari, Kalau Tidak...

Faktor kedua adalah perkembangan politik di Amerika Serikat (AS). Pekan depan, Negeri Adidaya akan menggelar pemilihan presiden (pilpres). Rakyat AS akan memilih pemimpin untuk empat tahun ke depan, apakah sang petahana Donald Trump (Partai Republik) atau sang penantang Joseph 'Joe' Biden (Partai Demokrat).
Sejauh ini jajak pendapat yang digelar Reuters/Ipsos masih mengunggulkan Biden sebagai pemenang pilpres. Polling terakhir 20 Oktober menujukkan Biden diunggulkan dengan 45,9% suara berbanding 37,2% untuk Trump.
Namun perlu dicatat, sistem pilpres di Negeri Paman Sam tidak menganut satu orang satu suara (popular vote) melainkan electoral college. Bobot suara akan berbeda tergantung negara bagian.
Sistem ini yang membuat Trump berhasil memenangkan pilpres pada 2016 mengalahkan Hillary Rodham Clinton. Padahal suara yang didapat Clinton (65.844.854) lebih banyak dibandingkan Trump (62.979.879). Namun karena pilpres AS bukan one person one vote, Trump-lah yang kemudian menghuni Gedung Putih sampai hari ini.
Oleh karena itu, suara dalam jajak pendapat belum bisa menjadi pegangan. Biden memang unggul di berbagai polling, tetapi hasil resmi bisa berbeda.
(aji/aji)