
Ditutup Naik Nyaris 1%, Harga Batu Bara Semakin Dekat US$ 60

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal Newcastle untuk kontrak yang aktif ditransaksikan ditutup menguat nyaris 1% pekan lalu.
Di awal pekan lalu, harga batu bara sempat jatuh, tetapi berhasil bangkit lagi dan mencatatkan apresiasi.
Jumat (23/10/2020), harga batu bara kontrak berjangka naik 1,05% ke US$ 58/ton. Harga batu legam ini baru rebound dalam dua hari perdagangan terakhir minggu lalu dan berhasil mencatatkan kenaikan 0,87%.
Selain pandemi Covid-19, pelaku pasar juga masih menunggu kebijakan impor dari China. Kabar soal boikot impor batu bara sempat membuat harga batu bar terjun bebas.
Namun kondisi pasokan batu bara China yang ketat dan membuat harga batu bara domestiknya melambung tinggi membuat pasar berspekulasi bahwa Negeri Tirai Bambu bakal melonggarkan kebijakan kuota impornya.
Lagipula selisih antara harga batu bara impor (seaborne) Newcastle asal Australia dengan acuan domestik China Qinhuangdao masih sangatlah lebar. Dalam kondisi normal seharusnya ini memicu para importir, trader maupun perusahaan utilitas Negeri Panda beralih untuk membeli batu bara dari luar China.
Sebagai informasi, harga batu bara termal Qinhuangdao untuk kalori 5.500 Kcal/Kg terakhir dipatok di RMB 620/ton. Ada selisih RMB 50 dengan rentang target harga informal yang dipatok pemerintah yang sering disebut sebagai zona hijau.
Dengan menggunakan asumsi kurs RMB ke dolar AS adalah 0,15 maka harga batu bara Qinhuangdao dipatok di US$ 92,73/ton. Artinya ada selisih sebesar hampir US$ 35/ton antara harga domestik dan impornya.
Apabila output China tak segera bisa mengimbangi kenaikan permintaannya, maka harga batu bara China berpotensi masih terapresiasi. Kenaikan ini juga akan turut mengerek harga batu bara impornya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Meroket Lagi, Harga Batu Bara Berakhir Drop!