Ogah Ambles, Harga Batu Bara Balik Menguat Kemarin

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
23 October 2020 11:27
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan Kamis (22/10/2020), harga batu bara untuk kontrak teraktif yang ditransaksikan ditutup menguat. Potensi kenaikan lanjutan harga batu bara sejatinya masih terbuka. 

Harga batu bara termal berjangka Newcastle ditutup menguat 0,44% ke US$ 57,4/ton. Sebelumnya harga batu bara selalu ditutup dengan koreksi setelah mencapai level tertingginya dalam hampir dua pekan terakhir. 

Di bulan Oktober, harga batu bara sempat anjlok signifikan 6,51% dalam sehari. Itu terjadi setelah beredar rumor di pasar China bakal memboikot batu bara termal dan metalurgi asal Australia.

Namun desas-desus yang beredar tersebut belum mendapat klarifikasi resmi dari pihak China. Reuters melaporkan produsen batu bara BHP melaporkan bahwa kargo batu bara mereka harus dialihkan ke pasar alternatif.

Di saat yang sama ketatnya pasokan batu bara domestik Negeri Tirai Bambu membuat harga batu bara lokalnya menjadi naik tajam. Harga batubara domestik China melanjutkan momentum kenaikannya minggu lalu. Harga patokan Qinhuangdao 5500kcal FOB NAR naik 1,3% dan dipatok di RMB 620/ton pada hari Jumat pekan lalu.

Harga sekarang sudah jauh melampaui batas atas 'zona hijau' di rentang RMB 500 - RMB 570 per ton. Zona hijau merupakan sasaran harga informal yang ditetapkan oleh pihak berwenang yang bertujuan untuk memastikan profitabilitas produsen batu bara domestik serta menjaga margin produsen listrik.

Sampai dengan akhir pekan lalu, masih ada selisih (spread) antara harga batu bara domestik China dengan batu bara termal Australia impor sebesar US$ 35/ton. Dalam kondisi normal, harga batu bara impor yang lebih murah akan menarik minat para trader, importir hingga perusahaan setrum Negeri Panda. 

Otoritas China kemungkinan akan mendorong peningkatan pasokan domestik untuk mengurangi harga tinggi, meskipun pelonggaran kontrol impor mungkin terjadi jika harga tetap tinggi. Hal ini berpotensi untuk mengerek naik harga batu bara impor lintas laut (seaborne).

Berdasarkan data Refinitiv coal flow impor batu bara China pada September merosot 38% dari 30,3 juta ton tahun lalu menjadi 18,7 juta ton sebagaimana dilaporkan oleh Administrasi Umum Kepabeanan China pada 13 Oktober.

Impor batu bara bulan September 9,62% atau 1,99 juta ton lebih rendah dibandingkan bulan Agustus. Penurunan impor ini merupakan cerminan langsung dari pembatasan impor batu bara China yang mengacu pada sistem kuota.

Melansir Reuters, untuk banyak daerah/pelabuhan, kuota telah mendekati batas tahunan mereka dengan sebagian kecil dari tahun kalender tersisa, yang berdampak pada terhambatnya arus masuk batu bara impor.

Namun sebenarnya China juga mengalami permasalahan karena ketatnya pasokan domestik yang membuat harga batu baranya melambung. Berdasarkan data Biro Statistik Nasional China, produksi batu bara mentah China turun 0,9% (yoy) menjadi 331,07 juta ton pada September.

Produksi meningkat 2% dari 325,8 juta ton pada Agustus. Peningkatan ini terjadi karena beberapa basis produksi mulai mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan produksi dan memastikan pasokan musim dingin di tengah cuaca dingin di China Utara.

Dalam sembilan bulan pertama tahun kalender, China memproduksi total 2,79 miliar ton batu bara mentah, turun 0,1% dari tahun lalu tetapi stabil dari Januari-Agustus.

Kurangnya pertumbuhan dalam produksi batu bara dibandingkan dengan pertumbuhan moderat dalam aktivitas ekonomi China dalam beberapa bulan terakhir membantu menjelaskan mengapa harga batu bara domestik China melesat di atas zona hijau.

Masih tingginya harga batu bara China, dibarengi dengan masuknya periode baru untuk kebijakan kuota impor serta prospek fenomena La Nina yang berpotensi mendisrupsi rantai pasok hasil tambang ini kemungkinan masih bisa mendongkrak harga batu bara lebih tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Meroket Lagi, Harga Batu Bara Berakhir Drop!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular