
Laju Rupiah Mulai Melambat, Investor Takut Gertakan Anies?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah kini stagnan di perdagangan pasar spot.
Hari ini, Senin (26/10/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.697. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Sementara di 'arena' pasar spot, rupiah dibuka menghijau. Namun pada pukul 10:30 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.650, sama persis dengan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu alias stagnan.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:31 WIB:
![]() |
Sepertinya minat investor terhadap aset-aset keuangan Tanah Air masih tinggi. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih (net buy) Rp 7,66 miliar pada pukul 09:22 WIB yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,52%.
Sepanjang minggu kemarin, rupiah menguat terbatas 0,14% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Dolar AS berhasil didorong ke bawah Rp 14.700.
Namun hari ini nyaris tidak ada sentimen yang bisa mendongrak mata uang Tanah Air. Satu, perdagangan pekan ini hanya berlangsung singkat yaitu dua hari. Selebihnya pasar keuangan Indonesia libur karena libur panjang memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Dengan perdagangan yang hanya buka hari ini dan besok, tidak banyak insentif bagi pelaku pasar untuk 'turun gunung'. Lebih baik santai saja, tidak perlu terlalu bersemangat. Sikap ini yang membuat pasar relatif senyap sehingga rupiah sulit terangkat.
Dua, pemerintah provinsi DKI Jakarta memutuskan untuk memperpanjang masa PSBB Transisi selama dua pekan, berakhir pada 8 November mendatang. Artinya, 'keran' aktivitas publik masih dibuka meski ada pembatasan dan kudu patuh kepada protokol kesehatan.
Akan tetapi, Gubernur Anies menegaskan bahwa buka tidak mungkin pemerintah provinsi Jakarta akan kembali menerapkan PSBB yang lebih ketat seperti yang terjadi pada pertengahan September.
Per 21 Oktober 2020, jumlah pasien positif corona di Ibu Kota adalah 97.217 orang. Bertambah 1.000 orang (1,04%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (8-21 Oktober), rata-rata pasien positif bertambah 1.073 orang per hari. Turun dibandingkan 14 hari sebelumnya yakni 1.179 orang. Akan tetapi, laju pertumbuhan kasus meningkat menjadi 1,21% per hari dalam dua minggu terakhir dari 1,61% per hari selama dua pekan sebelumnya.
"Pemprov DKI Jakarta dapat menghentikan seluruh kegiatan yang sudah dibuka selama PSBB Masa Transisi dan menerapkan kembali pengetatan," sebut Anies melalui keterangan tertulis, kemarin.
Kita semua tahu bagaimana dampak pengetatan PSBB di Jakarta. Purchasing Managers Index (PMI) terkoreksi, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun, penerimaan pajak jeblok, dan sebagainya.
Oleh karena itu, pelaku pasar lebih memilih bermain aman karena ada risiko kegiatan masyarakat kembali dibatasi atas nama pengetatan PSBB. Sepanjang kasus corona masih melonjak, maka kemungkinan ke arah sana memang tidak bisa dikesampingkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
