Anies Gertak Bakal Ketatkan PSBB, Rupiah Aman Nggak Nih?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 October 2020 09:15
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/A Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Namun rupiah tetap perlu berhati-hati karena sejumlah faktor bisa menjadi sentimen negatif. Salah satunya pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan yang membuka opsi pengetatan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sedikit banyak menciutkan nyali pelaku pasar.

Pada Senin (26/10/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.630 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sepanjang minggu kemarin, rupiah menguat terbatas 0,14% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Dolar AS berhasil didorong ke bawah Rp 14.700.

Rupiah memang menguat, tetapi bukan berarti tidak ada risiko. Satu, perdagangan pekan ini hanya berlangsung singkat yaitu dua hari. Selebihnya pasar keuangan Indonesia libur karena libur panjang memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Dengan perdagangan yang hanya buka hari ini dan besok, tidak banyak insentif bagi pelaku pasar untuk 'turun gunung'. Lebih baik santai saja, tidak perlu terlalu bersemangat. Sikap ini yang membuat pasar relatif senyap sehingga rupiah sulit terangkat.

Dua, jelang akhir bulan rupiah biasanya tertekan karena peningkatan kebutuhan valas korporasi. Rupiah akan dilepas untuk ditukarkan ke valas, sehingga mata uang Ibu Pertiwi berisiko melemah.

Tiga, pemerintah provinsi DKI Jakarta memutuskan untuk memperpanjang masa PSBB Transisi selama dua pekan, berakhir pada 8 November mendatang. Artinya, 'keran' aktivitas publik masih dibuka meski ada pembatasan dan kudu patuh kepada protokol kesehatan.

Akan tetapi, Gubernur Anies menegaskan bahwa buka tidak mungkin pemerintah provinsi Jakarta akan kembali menerapkan PSBB yang lebih ketat seperti yang terjadi pada pertengahan September.

Per 21 Oktober 2020, jumlah pasien positif corona di Ibu Kota adalah 97.217 orang. Bertambah 1.000 orang (1,04%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (8-21 Oktober), rata-rata pasien positif bertambah 1.073 orang per hari. Turun dibandingkan 14 hari sebelumnya yakni 1.179 orang. Akan tetapi, laju pertumbuhan kasus meningkat menjadi 1,21% per hari dalam dua minggu terakhir dari 1,61% per hari selama du pekan sebelumnya.

"Pemprov DKI Jakarta dapat menghentikan seluruh kegiatan yang sudah dibuka selama PSBB Masa Transisi dan menerapkan kembali pengetatan," sebut Anies melalui keterangan tertulis, kemarin.

Kita semua tahu bagaimana dampak pengetatan PSBB di Jakarta. Purchasing Managers Index (PMI) terkoreksi, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun, penerimaan pajak jeblok, dan sebagainya.

Oleh karena itu, pelaku pasar lebih memilih bermain aman karena ada risiko kegiatan masyarakat kembali dibatasi atas nama pengetatan PSBB. Sepanjang kasus corona masih melonjak, maka kemungkinan ke arah sana memang tidak bisa dikesampingkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular