Gak Cuma di Asia, Dolar AS juga Bonyok di Eropa

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 October 2020 14:57
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) babak belur pada perdagangan hari ini, Jumat (9/10/2020), tidak hanya di Asia tetapi juga di Eropa. Mata uang utama Benua Biru kompak menguat melawan the greenback.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 14:55 WIB, euro menguat 0,30% melawan dolar AS ke US$ 1,1794, sementara poundsterling naik 0,25% ke US$ 1,2966. Franc Swiss dan krona Swedia masing-masing menguat 0,37% dan 0,20% ke 0,9130/US$ dan 8,8477/US$.

Dolar AS memang sedang lesu, tarik ulur pembahasan stimulus fiskal tidak bisa membantu kinerja the greenback. Dolar AS dalam situasi "maju kena, mundur kena" menghadapi stimulus fiskal.

"Saya menginstruksikan perwakilan untuk berhenti bernegosiasi sampai setelah pemilihan presiden," tulisnya di Twitter pribadinya @realDonaldTrump, Selasa (6/10/2020) sore waktu setempat.Presiden AS, Donald Trump, pada Selasa waktu setempat meminta perundingan stimulus senilai US$ 2,2 triliun dihentikan hingga pemilihan presiden 3 November mendatang.

Dolar AS sempat menguat merespon hal tersebut. Tetapi, tanpa stimulus fiskal pemulihan ekonomi AS akan terancam, dan malah akan tertinggal dari negara-negara lainnya baik di Eropa maupun Asia. Alhasil, dolar AS kembali tertekan.

Terbaru, Presiden Trump berubah sikap terhadap stimulus fiskal, kini mendesak Kongres menyetujui program stimulus senilai US$ 1.200 untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi warga AS, kemudian US$ 25 miliar untuk industri penerbangan, dan US$ 135 miliar pinjaman untuk usaha kecil.

Berubahnya sikap Trump tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, bursa saham AS melesat naik dalam 2 hari terakhir, yang mengindikasikan sentimen pelaku pasar membaik.

Kala sentimen pelaku pasar membaik, dolar AS yang merupakan aset safe haven menjadi tidak menarik. Selain itu, jika stimulus fiskal cair, maka jumlah uang yang beredar akan bertambah di perekonomian, nilai dolar AS pun akan melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tingkat Pengangguran AS Nyaris 15%, Dolar Masih Perkasa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular