
Trump Akan Kucurkan US$ 1 Triliun, Dolar AS Bergerak Variatif

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar AS bergerak bervariasi melawan mata uang Eropa pada perdagangan Selasa (16/6/2020). Sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya, yang membuat dolar AS menjadi kurang menarik, sebab statusnya sebagai aset aman (safe haven).
Berdasarkan data Refinitiv, pada pukul 19:02 WIB, dolar AS melemah 0,33% melawan poundsterling di US$ 1,2643, melawan franc Swiss juga melemah 0,15% di 0,9476/US$. Namun, the greenback masih mampu menguat 0,2% melawan euro di US$ 1,1299.
Sentimen pelaku pasar mulai membaik setelah setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Senin siang waktu AS mengumumkan mulai Selasa hari ini akan membeli obligasi perusahaan di pasar sekunder melalui program Secondary Market Corporate Credit Facility (SMCCF).
Program tersebut sudah diumumkan pada 23 Maret lalu, dan merupakan salah satu dari beberapa fasilitas yang dikeluarkan The Fed guna meredam dampak pandemi penyakit virus corona (Covid-19) ke perekonomian. Nilai program tersebut mencapai US$ 750 miliar.
Sementara siang tadi, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), mengumumkan menambah jumlah likuiditas ke perekonomian sebesar US$ 300 miliar menjadi US$ 1 triliun, dari sebelumnya US$ 700 miliar, melalui program pinjaman lunak kepada perusahaan-perusahaan yang terdampak pandemi Covid-19.
Akibat stimulus tersebut, bursa saham global menghijau yang menjadi indikasi mood investor sedang bagus.
Menjelang dibukanya perdagangan sesi AS, pelaku pasar dibuat semakin ceria setelah adanya kabar pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, sedang mempersiapkan proposal pembangunan infrastruktur senilai US$ 1 triliun.
Bloomberg yang mengutip sumber yang mengetahui rencana tersebut melaporkan versi awal dari proposal itu menunjukkan sebagian besar dana akan digelontorkan untuk pembangunan infrastruktur tradisional seperti jalan raya dan jembatan, kemudian infrastruktur 5G dan broadband di pedesaan.
Dengan kucuran dana tersebut, perekonomian AS tentunya akan berputar lebih kencang dan menambah tenaga untuk segera bangkit dari kemerosotan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar menjadi semakin membaik, dan dolar AS menjadi kurang menarik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Klaim Pengangguran AS Melonjak Lagi, Dolar Mulai Tertekan