
Klaim Pengangguran AS Melonjak Lagi, Dolar Mulai Tertekan
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 April 2020 21:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar AS memangkas penguatan melawan mata uang Eropa pada perdagangan Kamis (16/4/2020) setelah data menunjukkan klaim tunjangan pengangguran kembali melonjak.
Pada pukul 19:40 WIB, euro melemah 0,25% di US$ 1,0880, sebelum rilis data klaim pengangguran AS, mata uang 19 negara ini melemah 0,51% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Di saat yang sama, poundsterling melemah 0,12% di US$ 1,2499, sebelumnya melemah 0,47%. Kemudian franc Swiss melemah 0,16% di 0,9659/US$, berhasil memangkas pelemahan sebelumnya 0,45%.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang pekan lalu jumlah klaim pengangguran AS bertambah sebanyak 5,245 juta. Rilis tersebut lebih tinggi dari hasil survei Dow Jones yang memprediksi 5 juta klaim.
Kini total klaim pengangguran di AS sejak penyebaran penyakit virus corona lebih dari 22 juta klaim.
Meski demikian dolar AS masih cukup kuat akibat statusnya sebagai aset aman (safe haven) setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) merilis outlook perekonomian global yang terbaru.
Dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown, IMF memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.
Pertumbuhan ekonomi AS, sebagai negara dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di muka bumi ini diprediksi terkontraksi (-5,9%).
Kontraksi ekonomi zona euro diprediksi lebih dalam dari itu (-7,5%). Jerman sebagai motor blok 19 negara tersebut diperkirakan terkontraksi -7%, Prancis minus 7,2%, dan Italia yang paling dalam yakni -9,1%.
Lembaga yang berkantor pusat di Washington tersebut juga menyatakan krisis yang terjadi kali ini jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis finansial global tahun 2008.
"Ini adalah krisis yang tidak sama dengan krisis lainnya. Sekarang begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hidup dan kehidupan manusia. Kita bergantung kepada epidemologi dari sang virus, efektivitas upaya pencegahan penularan, pengembangan vaksin, yang semuanya tidak mudah untuk diprediksi," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.
Bank investasi Goldman Sachs memprediksi dalam jangka pendek dolar AS masih akan perkasa, tetapi ketika perekonomian mulai pulih, dolar AS akan melemah.
"Dalam jangka pendek, dolar AS masih akan perkasa karena statusnya sebagai aset safe haven dan kondisi ekonomi global yang masih dipenuhi ketidakpastian" kata Andrew Wilson, chairman fixed income global di Goldman Sachs Asset Management, sebagaimana dilansir CNBC International.
"Kami memperkirakan dolar AS akan tertekan dalam jangka menengah saat perekonomian global mulai pulih" tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Proyeksi Resesi Global IMF Bikin Dolar AS Berjaya di Eropa
Pada pukul 19:40 WIB, euro melemah 0,25% di US$ 1,0880, sebelum rilis data klaim pengangguran AS, mata uang 19 negara ini melemah 0,51% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Di saat yang sama, poundsterling melemah 0,12% di US$ 1,2499, sebelumnya melemah 0,47%. Kemudian franc Swiss melemah 0,16% di 0,9659/US$, berhasil memangkas pelemahan sebelumnya 0,45%.
Kini total klaim pengangguran di AS sejak penyebaran penyakit virus corona lebih dari 22 juta klaim.
Meski demikian dolar AS masih cukup kuat akibat statusnya sebagai aset aman (safe haven) setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) merilis outlook perekonomian global yang terbaru.
Dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown, IMF memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.
Pertumbuhan ekonomi AS, sebagai negara dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di muka bumi ini diprediksi terkontraksi (-5,9%).
Kontraksi ekonomi zona euro diprediksi lebih dalam dari itu (-7,5%). Jerman sebagai motor blok 19 negara tersebut diperkirakan terkontraksi -7%, Prancis minus 7,2%, dan Italia yang paling dalam yakni -9,1%.
Lembaga yang berkantor pusat di Washington tersebut juga menyatakan krisis yang terjadi kali ini jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis finansial global tahun 2008.
"Ini adalah krisis yang tidak sama dengan krisis lainnya. Sekarang begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hidup dan kehidupan manusia. Kita bergantung kepada epidemologi dari sang virus, efektivitas upaya pencegahan penularan, pengembangan vaksin, yang semuanya tidak mudah untuk diprediksi," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.
Bank investasi Goldman Sachs memprediksi dalam jangka pendek dolar AS masih akan perkasa, tetapi ketika perekonomian mulai pulih, dolar AS akan melemah.
"Dalam jangka pendek, dolar AS masih akan perkasa karena statusnya sebagai aset safe haven dan kondisi ekonomi global yang masih dipenuhi ketidakpastian" kata Andrew Wilson, chairman fixed income global di Goldman Sachs Asset Management, sebagaimana dilansir CNBC International.
"Kami memperkirakan dolar AS akan tertekan dalam jangka menengah saat perekonomian global mulai pulih" tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Proyeksi Resesi Global IMF Bikin Dolar AS Berjaya di Eropa
Most Popular