Proyeksi Resesi Global IMF Bikin Dolar AS Berjaya di Eropa

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 April 2020 20:12
Dolar-Rupiah
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat melawan mata uang Eropa pada perdagangan Rabu (15/4/2020) setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memproyeksi perekonomian global akan merosot dalam tahun ini.

Berdasarkan data Refinitiv, pada pukul 19:40 WIB, nilai tukar euro melemah 1% melawan dolar AS ke US$ 1,0868, sementara poundsterling ambles 1,42% di US$ 1,2444. Franc Swiss juga melemah 0,95% ke 0,9691/US$.

Dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown, IMF memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.

Pertumbuhan ekonomi AS, sebagai negara dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di muka bumi ini diprediksi terkontraksi (-5,9%). Kontraksi ekonomi zona euro diprediksi lebih dalam dari itu (-7,5%). Jerman sebagai motor blok 19 negara tersebut diperkirakan terkontraksi -7%, Prancis minus 7,2%, dan Italia yang paling dalam yakni -9,1%.


Lembaga yang berkantor pusat di Washington tersebut juga menyatakan krisis yang terjadi kali ini jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis finansial global tahun 2008.

"Ini adalah krisis yang tidak sama dengan krisis lainnya. Sekarang begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hidup dan kehidupan manusia. Kita bergantung kepada epidemologi dari sang virus, efektivitas upaya pencegahan penularan, pengembangan vaksin, yang semuanya tidak mudah untuk diprediksi," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.

Sebelum rilis dari IMF tersebut mata uang Eropa kompak menguat merespon melambatnya penyebaran pandemi virus corona (COVID-19).

Secara global, penyebaran pandemi COVID-19 terus menunjukkan pelambatan, meski di beberapa wilayah termasuk Indonesia masih dalam tren naik. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) penambahan jumlah kasus COVID-19 sudah satu digit persentase sejak 30 Maret lalu.

Terbaru, pada 14 April terjadi penambahan kasus 4,05% sehingga total menjadi 1,84 juta kasus. Persentase penambahan tersebut merupakan yang terendah sejak 10 Maret. Eropa yang menjadi episentrum penyebaran sebelum AS bahkan sudah mulai melonggarkan kebijakan lockdown-nya setelah penyebaran COVID-19 terus melambat.



CNBC International melaporkan Italia dan Spanyol, mulai mencabut beberapa larangan pembatasan aktivitas warganya setelah jumlah kasus baru serta korban meninggal akibat COVID-19 terus menurun.

Spanyol sudah mengizinkan beberapa aktivitas konstruksi bekerja kembali, begitu juga dengan pabrik-pabrik sudah mulai beroperasi sejak hari Senin. Sementara itu Italia mulai mengizinkan beberapa usaha untuk kembali beraktivitas hari ini.

Berdasarkan data CEIC, pada Selasa kemarin Spanyol melaporkan penambahan kasus sebanyak 3.477 kasus, menjadi yang terendah sejak 20 Maret. Italia melaporkan 3.153 kasus, terendah sejak 15 Maret, dan Jerman melaporkan 2.082 kasus terendah sejak 19 Maret.

Melambatnya penyebaran COVID-19 tersebut membuat investor kembali masuk ke aset-aset berisiko sehingga daya tarik dolar sebagai aset safe haven menurun, nilainya pun melemah. Laporan IMF sukses membuat dolar kembali berjaya hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Klaim Pengangguran AS Melonjak Lagi, Dolar Mulai Tertekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular