
Ramai-ramai Emiten Memburu Tambang Emas, Ada Apa Gerangan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global memang sedang melorot signifikan akhir-akhir ini akibat penguatan dolar AS. Namun tren koreksi yang terjadi sejak Agustus lalu masih belum bisa menutupi kenyataan bahwa logam kuning itu bersinar terang di sepanjang tahun ini.
Harga emas dunia di pasar spot hari ini Kamis (24/9/2020) pukul 16.50 WIB berada di posisi US$ 1.850/troy ons. Secara year to date harga emas masih mencatatkan kenaikan sebesar 22%.
Di tengah kinclongnya harga emas tahun ini, emiten tambang pelat merah PT Aneka Tambang Tbk dikabarkan bakal menggarap blok tambang emas PT Freeport Indonesia yang ada di Papua yakni Blok Wabu.
Blok tersebut merupakan bagian dari penyusutan wilayah tambang Freeport Indonesia yang diserahkan kepada pemerintah pada awal Juli 2015 lalu sebagai bagian dari kesepakatan dalam amandemen kontrak karya.
Adapun luas Blok Wabu mencapai 10.700 hektar dan potensi sebesar 4,3 juta ton bijih emas berkadar emas (Au) 2,47 gram per ton.
Berdasarkan sumber CNBC Indonesia, potensi cadangan emas dari Blok Wabu, Papua ini bernilai hingga US$ 14 miliar atau sekitar Rp 207,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$).
Bila margin tambang emas mencapai 30%, artinya Antam bisa memperoleh keuntungan hingga Rp 62,16 triliun selama mengelola tambang emas di Papua ini. Sebuah angka yang fantastis memang.
Melihat prospek jangka panjang yang menggiurkan, beberapa emiten pertambangan Tanah Air lainnya juga berniat melakukan ekspansi bahkan menggarap proyek tambang emas.
Sebut saja PT Indika Energy Tbk (INDY) yang meningkatkan ekspansinya di proyek tambang emas Awak Mas di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan yang dikembangkan PT Masmindo Dwi Area, anak usaha Nusantara Resources Ltd (NUS) tahun lalu.
Ada juga emiten tambang lain yakni PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS) yang juga berniat menggarap tambang dan memproduksi emas di lahan tambang Palu melalui anak usahanya yaitu PT Citra Palu Minerals. Itu baru segelintir cerita tentang emiten Tanah Air berminat menggarap sektor logam mulia kuning ini.
Sebenarnya fenomena kenaikan harga emas sejak dua tahun terakhir juga membuat banyak pemain tambang global yang ingin ekspansi dengan melalukan berbagai aksi korporasi seperti akuisisi.
Sampai dengan bulan Mei lalu, perusahaan tambang asal Kanada yaitu Magna Gold juga membeli tambang emas di Mexico. Magna Gold disebut membayar 2 juta dolar Kanada ke Timmins Gold anak usaha dari Alio Gold yang juga berasal dari Kanada untuk melakukan proyek tersebut.
Kemudian ada lagi Shangdong Gold yang mengakuisisi produsen emas asal Kanada TMAC Resources dengan harga US$ 149 juta. Perusahaan tambang emas Kanada lain yaitu SSR Mining juga mengumumkan rencananya untuk merger dengan Alacer Gold guna mewujudkan diversifikasi portofolio bisnisnya.