Ramai-ramai Emiten Memburu Tambang Emas, Ada Apa Gerangan?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 September 2020 07:10
emas
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger

Pandemi Covid-19 yang merebak di sepanjang tahun ini membuat harga emas memang terangkat. Namun permintaan emas di paruh pertama tahun ini tercatat drop 6% ke 2.076 ton menurut World Gold Council.

Permintaan emas pada kuartal kedua turun 11% (yoy) menjadi 1.015,7 ton.

Pandemi Covid-19 sekali lagi menjadi faktor pemicu utama lemahnya permintaan konsumen di pasar emas pada Triwulan ke-2. Namun di saat yang sama, pandemi Covid-19 memberikan dukungan untuk investasi.

Respons global terhadap pandemi oleh bank sentral dan pemerintah, dalam bentuk penurunan suku bunga dan suntikan likuiditas besar-besaran, memicu rekor penambahan 734 ton emas ke dalam ETF (exchange traded fund), produk instrumen investasi reksa dana dengan underlying emas, yang bisa diperdagangkan. Peningkatan arus ini membantu mengangkat harga emas.

Total investasi emas batangan dan koin melemah tajam di kuartal kedua yang menyebabkan penurunan 17% (yoy) pada permintaan sepanjang semester I menjadi 396,7 ton.

Permintaan perhiasan pada 6 bulan pertama tahun ini juga merosot 46% (yoy) menjadi 572 ton karena adanya lockdown dan serta kondisi keuangan konsumen terhalang oleh harga tinggi dan tekanan pada penurunan pendapatan.

Faktor ini juga yang menjadi biang kerok penurunan permintaan emas yang digunakan dalam teknologi sebesar 13% menjadi 140 ton di semester pertama, karena permintaan pengguna akhir untuk elektronik juga runtuh.

Pembelian bank sentral pun terlihat melambat lagi di kuartal kedua jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Sektor ini menambahkan 233 ton emas bersih di semester I.

Pasokan emas juga terkena dampak pandemi, turun 6% menjadi 2.192 ton karena produksi tambang dan daur ulang dipengaruhi oleh lockdown.

Namun ke depan, setidaknya untuk tahun 2021 harga emas diproyeksikan masih akan meningkat seiring dengan rendahnya suku bunga serta membaiknya daya beli masyarakat di tengah risiko geopolitik yang tinggi.

Eily Ong analis dari Singapore Bullion Market Association (SBMA) memperkirakan harga emas tahun depan bisa menyentuh ke level tertingginya di US$ 2.583./troy ons.

Artinya ada potensi kenaikan hingga 56% dibandingkan dengan rata-rata harga tahun ini sampai dengan akhir Juli kemarin.

Tahun ini Eily Ong memperkirakan permintaan emas global turun menjadi 4.072 ton dari tahun lalu sebanyak 4.364 ton.

Namun di tahun depan permintaan emas untuk berbagai segmen diperkirakan masih bakal meningkat hampir di seluruh segmennya baik industri, perhiasan, emas batangan hingga koin dan pembelian oleh bank sentral.

Prospek permintaan serta harga emas jangka panjang yang dinilai masih bullish inilah yang membuat para pemain tergiur untuk melakukan ekspansi guna memanfaatkan momentum untuk masuk maupun meningkatkan pangsa pasarnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular