
Simak Sederet Informasi Ini Sebelum Berburu Cuan Saat Pandemi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (23/9/20) ditutup di zona merah, anjlok 0,33% ke level 4.917,95. Koreksi ini sebetulnya berkurang seiring dengan bursa Benua Biru yang rebound pascakabar buruk FinCEN Files (kasus transaksi ilegal bank-bank global).
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 187 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi menyentuh Rp 7 triliun.
Penurunan IHSG terlepas sentimen positif yang datang dari bos The Fed Chicago, Charles Evans.
Berbicara lewat daring di acara Official Monetary dan Financial Institution Forum, Evans mengatakan ekonomi AS berisiko dalam jangka panjang, mengalami pemulihan yang lambat, dan tidak bisa langsung keluar dari resesi tanpa bantuan stimulus fiskal.
Evans juga melihat open-ended program pembelian aset The Fed (quantitative easing/QE) mampu menyediakan bagian penting untuk pemulihan ekonomi.
"Pernyataan Evans sangat hawkish. Ia menyebutkan QE dan menaikkan suku bunga sebelum target inflasi tercapai. Hal tersebut mengejutkan pasar," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda New York, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (22/9/2020).
"Segera setelah kita berhasil mengatasi virus corona, anda akan melihat ekspektasi kenaikan suku bunga meningkat, dan seharusnya membuat dolar terus menguat," tambahnya.
Selain kabar tersebut, simak juga peristiwa emiten yang terjadi sepanjang perdagangan kemarin.
1.Usai Caplok Pinehill Rp 42 T, ICBP Genjot Pasar Manca Negara
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) bakal makin ekspansif d pasar internasional setelah mengambil alih seluruh saham Pinehill Company Limited. Perusahaan ini ditujukan untuk merambah pasar di negara-negara yang saat ini belum dijajaki oleh perusahaan.
Direktur Indofood CBP Thomas Tjhie mengatakan diharapkan perusahaan ini akan memberikan kontribusi untuk penjualan perusahaan di luar negeri ke depannya.
"Dengan diakuisisinya Pinehill yang operasi di luar negeri, pengembangan [pasar luar negeri] akan dilakukan melalui Pinehill. Mengenai negara mana saja akan diberitahukan lebih lanjut," kata Thomas dalam konferensi pers virtual, Rabu (23/9/2020).
2. Induk Fajar Paper IPO di Thailand Rp 19 T, Terbesar di ASEAN?
SCG Packaging Pcl, induk usaha PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW) atau Fajar Paper, berencana menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham senilai 39,5 miliar baht atau setara Rp 18,6 triliun (kurs Rp 471,52/baht).
SCG Packaging (SCGP) akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Thailand (Stock Exchange of Thailand/SET).
SCHP adalah perusahaan pengemasan terbesar di Thailand. Besaran dana tersebut berpotensi menjadi yang terbesar kedua di Bursa Thailand. SCGP juga menjadi anak perusahaan Siam Cement Plc yang berusia 107 tahun.
3. Bank bjb Salurkan Kredit Rp 500 M ke Bank Mantap
Penetrasi usaha pembiayaan perbankan untuk mendorong laju perekonomian semakin gencar dilakukan bank bjb. Salah satu langkah tersebut tercermin melalui kerja sama penyaluran Kredit Term Loan Facility senilai Rp 500 miliar dengan jangka waktu 18 bulan antara bank bjb dengan Bank Mantap.
Perjanjian kredit ini ditandatangani oleh Pemimpin Divisi International Banking bjb Chairany Rahmatiah dan Senior Executive President Finance, Retail, & Digital Banking Bank Mantap Fajar Ari Setiawan. Hadir dan menyaksikan langsung penandatanganan ini Direktur IT, Treasury & International Banking bank bjb Rio Lanasier, Pemimpin Divisi Treasury bank bjb Hana Dartiwan, dan Pemimpin Divisi Treasury Bank Mantap Mugihadi Usman di Menara bank bjb, Jalan Naripan, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (23/9/2020).
4. Harga CPO Pulih, Emiten Sawit Grup Salim Geber Capex Rp 1,6 T
Emiten sawit milik grup Salim, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan anak usahanya PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) atau Lonsum optimistis kinerja semester 2-2020 akan lebih positif dibandingkan dengan semester I-2020.
Harga jual minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang membaik menjadi pendorongnya.
Wakil Direktur Utama Salim Ivomas Pratama Paulus Moleonoto mengatakan harga jual CPO saat ini mencapai RM 3.100/ton atau kisaran Rp 9.500 per ton ini dinilai dapat mengkompensasi penurunan produksi 7% pada semester I-2020 dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya.