Baru IPO Saham Bank Ini Sudah Meroket, Siapa Pengendalinya?

tahir saleh, CNBC Indonesia
07 September 2020 12:27
Dok.Bank Bisnis
Foto: Dok.Bank Bisnis

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak tiga emiten baru melantai sekaligus di papan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (7/9/2020). Ketiganya yakni PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI), PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk (KMDS), dan PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP).

Dari ketiganya, satu nama yang disorot adalah Bank Bisnis Internasional mengingat menjadi bank kedua di tahun ini yang mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) di BEI. Sebelumnya PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) listing pada 9 Januari 2020.

Data perdagangan BEI mencatat, pada pukul 09.44 WIB, saham BBSI melesat 19,79% di level Rp 575/saham dengan nilai transaksi perdagangan Rp 11,99 miliar dan volume perdagangan 20,96 juta saham. 

Ketika ditutup di sesi I, total penguatan saham BBSI mencapai 25% di level Rp 600/saham, menyentuh batas auto reject atas (ARA) 25% untuk range harga saham Rp 200-Rp 5.000/saham.

Bank Bisnis menjadi emiten ke 38 di BEI tahun ini dengan menawarkan sebanyak 394,76 juta saham baru lewat mekanisme penerbitan saham perdana (IPO) di level Rp 480/saham.

Dalam proses IPO ini, perseroan dibantu PT Binaartha Sekuritas dan PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Jumlah saham tersebut mewakili 15% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Dengan harga IPO Rp 480/saham, maka perseroan meraih dana IPO sebesar Rp 189,49 miliar.

Seluruh dana IPO, setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi dan pengeluaran tertentu yang berhubungan dengan IPO, akan dipergunakan untuk perluasan jaringan dengan mendirikan 1 kantor cabang baru di kota Cirebon pada triwulan III 2021.

Selain itu juga akan dibangun 1 kantor cabang baru di kota Semarang pada triwulan IV 2021,serta proses renovasi atas kantor cabang perseroan yang saat ini telah beroperasi. Jumlah porsi penggunaan untuk keperluan ini Rp 15 miliar.

Berikutnya sebesar Rp 18 miliar akan digunakan perseroan untuk pengembangan teknologi sistem informasi guna meningkatkan pelayanan kepada nasabah, sementara sisanya akan digunakan oerseroan untuk modal kerja dalam rangka pemberian kredit kepada nasabah yang akan direalisasikan secara bertahap.

Dok.Bank BisnisFoto: Dok.Bank Bisnis
Dok.Bank Bisnis

Siapa pemiliknya?

Situs resmi Bank Bisnis Internasional mencatat, perusahaan ini didirikan di Bandung dengan nama Bank Ekonomi Nasional NV berdasarkan Akta Notaris Meester Tan Eng Kiam No. 76 tanggal 16 Maret 1957. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan Bank Bisnis adalah menjalankan kegiatan umum perbankan non-devisa.

Prospektus IPO perusahaan juga mengungkapkan, sebelum IPO, saham perusahaan dipegang oleh PT Sun Antarnusa Investment 20,21%, PT Sun Land Investama 37,91%, dan Sundjono Suriadi 41,88%.

Setelah IPO, porsi pemegang saham menjadi PT Sun Antarnusa 17,18%, Sun Land 32,23%, Sundjono Suriadi 35,59%, dan dan investor publik 15%.

Laporan keuangan per Juni 2020 mencatat, kepemilikan Sun Land Investama dan Sun Antarnusa Invesment adalah Keluarga Sundjono Suriadi, melalui PT Sunindo Investama dengan porsi 100% saham, sehingga ultimate beneficial ownership atau pemilik terakhir bank ini adalah Sundjono Suriadi yang juga menjabat Komisaris Utama Bank Bisnis sejak 1993.

Prospektus mencatat, Sundjono lahir di Tanjung Pinang. Memiliki pengalaman lebih dari 40 tahun di industri tekstil dan merupakan pendiri Bank Bisnis.

Selain menjabat Komut di Bank Bisnis, Sundjono juga pernah menjabat Direktur PT Sunson Textile Manufacturer (dulu PT Indo Suntex) 1972-1976, Komisaris PT Maha Mujur Textile 1975-1977, dan Direktur Utama Sunson Textile Manufacturer 1976-1981.

Dia juga menjabat Komisaris Utama Sunson Textile Manufacturer 1993- sekarang, dan Komisaris Utama PT UOB Life Sun Assurance (dulu PT Asuransi Jiwa Sugih Citra) 1995-2000, dan Komisaris Utama PT Bandung Pakar 1990-sekarang.

Selain Bank Bisnis yang masuk bursa, keluarga ini juga sudah lebih dahulu membawa masuk bisnis tekstilnya ke pasar modal yakni Sunson Textile Manufacturer.

Sunson Textile adalah perusahaan tekstil terpadu berkedudukan di Bandung yang didirikan pada tahun 1972. Saat ini bidang usaha perseroan meliputi industri pemintalan, pertenunan dan texturizing, dengan fokus utama di pemintalan.

Produk yang dihasilkan perseroan antara lain benang dan kain tenun dari bahan 100% katun, TC, CVC, TR dan PE, serta benang polyester DTY.

Selain memasarkan produknya di pasar domestik, perseroan juga melakukan penjualan ekspor ke negara-negara di Asia, Eropa, Amerika dan Afrika seperti dijelaskan dalam situs resminya.

Pada Agustus 1997, Sunson melakukan penawaran umum sebanyak 80.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham yang ditawarkan dengan harga Rp 850 per saham, dengan kode saham SSTM.

Komisaris Sunson, selain Sundjono, yakni Mariah Suriadi (Komisaris sejak 1993) dan Sidarto Danusubroto (Komisaris sejak 1993). Sidarto adalah purnawirawan Kepolisian RI, pernah menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat pada 1988 - 1991.

Kembali ke Bank Bisnis, dari sisi kinerja, laba perusahaan per Juni 2020 mencapai Rp 12,97 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp 8,95 miliar.

Sementara modal inti perusahaan yakni Rp 508,53 miliar, artinya masih butuh suntikan lagi untuk mencapai modal minimal Rp 1 triliun di akhir tahun ini sesuai dengan batas minimum dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tahun depan, batas minimal modal bank yakni Rp 2 triliun dan Rp 3 triliun di 2022.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kredivo Jadi Pemegang Saham Baru, Saham BBSI Melesat!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular