Klaim Segunung! Ini Head to Head Kinerja Jiwasraya-Bumiputera

tahir saleh, CNBC Indonesia
03 September 2020 07:25
Kantor Jiwasraya, Bandung (Tahir Saleh/CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 dan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menjadi dua perusahaan asuransi jiwa yang mengalami kesulitan likuiditas, terutama kesulitan membayar kewajiban manfaat kepada pemegang polisnya.

Bahkan khusus Jiwasraya, kasus gagal bayar sudah berkembang menjadi dugaan korupsi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) dan kini menyeret 6 terdakwa ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, 13 tersangka dari perusahaan manajer investasi dan satu pejabat Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kasus Jiwasraya berawal dari gagal bayar produk JS Saving Plan. Sebagai informasi, Asuransi Jiwasraya memiliki kewajiban jatuh tempo polis produk JS Saving Plan pada Oktober-Desember tahun lalu sebesar Rp 12,4 triliun. Untuk tahun 2020 ini, kebutuhan likuiditas penyelesaian JS Saving Plan diketahui nilainya sebesar Rp 3,7 triliun.

Dengan demikian total kebutuhan likuiditas penyelesaian JS Saving Plan dalam waktu dekat mencapai Rp 16,13 triliun. Besaran dana tersebut terungkap dalam Dokumen Penyelamatan Jiwasraya yang diperoleh CNBC Indonesia belum lama ini.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) bahkan merilis perhitungan kerugian negara (PKN) akibat kasus mega skandal Jiwasraya. Hasilnya, jumlah PKN yang dihitung BPK mencapai Rp 16,81 triliun.

Jumlah itu terdiri dari investasi saham sebesar Rp 4,65 triliun dan kerugian negara akibat investasi reksa dana Rp 12,16 triliun. Jumlahnya beda tipis dengan proyeksi awal Kejaksaan Agung (Kejagung) Rp 17 triliun.

Adapun soal Bumiputera, manajemen baru dari AJB Bumiputera 1912 saat ini sedang berjibaku menyelesaikan tunggakan klaim tahun 2020 jumbo Rp 5,3 triliun dari sebanyak 365.000 pemegang polis di seluruh Indonesia.

Direktur Utama AJBB yang baru, Faizal Karim mengakui, kondisi yang mendera perseroan sangat, sangatlah berat.

Sejumlah jurus sedang disiapkannya, mulai dengan mengoptimalisasi aset properti milik perseroan yang dikelola ke produk-produk pasar modal seperti Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (EBA), KIK DINFRA dari aset perseroan yang nilainya mencapai hampir Rp 7 triliun.

Selanjutnya melalui program dari internal Bumiputera dan kerja sama dengan perbankan.

"Insya Allah program internal dalam tempo dua bulan sudah jadi. Kalau Tuhan ijinkan akhir tahun ini masih ada 5 bulan kan, paling kurang 50%. Karena uang itu kan akan masuk dengan segera, internal dan pasar modal tadi, masuk itu," tutur Faizal, di kantor AJB Bumiputera, Sudirman Jakarta dalam wawancara khusus dengan CNBC Indonesia di kantornya, Jumat (24/7/2020).

Bumiputera berstatus mutual sejak 1912, artinya pemegang polis menjadi pemegang saham, sementara Jiwasraya adalah BUMN yang didirikan sejak 31 Desember 1859 zaman kolonial Belanda dengan nama Nederlandsch Indiesche Levensverzekering en Liffrente Maatschappij.

Bagaimana sebetulnya perbandingan kinerja keuangan keduanya?

Bumiputera

Bumiputera mencatatkan rugi bersih tahun 2019 sebesar Rp 48,98 miliar, berkurang 98% dibanding periode tahun sebelumnya yakni rugi bersih sebesar Rp 1,99 triliun.

Penurunan rugi bersih tersebut seiring dengan total manfaat klaim dan manfaat dibayar yang menurun. Pada tahun lalu, pos ini tercatat sebesar Rp 2,38 triliun, turun hingga 48% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang membengkak mencapai Rp 4,57 triliun.

Berdasarkan data laporan keuangan Bumiputera yang dipublikasikan di situs perusahaan, kinerja pendapatan premi pada 2019 tercatat sebesar Rp 2,99 triliun, atau turun 10,65% secara tahunan dari periode sebelumnya sebesar Rp 3,35 triliun.

Adapun rugi komprehensif lebih rendah menjadi Rp 6,47 miliar, dibandingkan periode sebelumnya rugi komprehensif mencapai Rp 1,85 triliun.

Sementara itu, total aset perusahaan pada 2019 turun 4,59% menjadi Rp 9,98 triliun dari Desember 2018 yakni Rp 10,46 triliun.

Total liabilitas Bumiputera turun tipis 1,58% menjadi Rp 30,42 triliun dari 30,91 triliun.

Kewajiban tersebut di antaranya berasal dari utang klaim yang mencapai Rp 5,18 triliun, naik dari Desember 2018 yakni Rp 3,52 triliun, ditambah utang reasuransi Rp 84,79 miliar dari sebelumnya Rp 74,87 miliar, utang komisi Rp 8,95 miliar dari Rp 2,3 miliar, utang pajak Rp 1,01 miliar dari Rp 7,75 miliar, dan utang lainnya Rp 243,88 miliar dari Rp 120,40 miliar.

Dengan kondisi tersebut, perusahaan mencatat ekuitas negatif sebesar Rp 20,44 triliun, berkurang dibandingkan periode Desember tahun sebelumnya Rp 20,45 triliun.

Kinerja Jiwasraya dan AJB Bumiputera, 2019 (Rp Triliun)

Jiwasraya

Yoy

Bumiputera

Yoy

Pend.Premi

3,09

-71%

2,99

-10,65%

Rugi Bersih

4,30

-78,16%

0,048

-98%

Klaim

5,41

-57%

2,38

-10,65%

Aset

18,15

-21,25%

9,98

-4,59%

Utang Klaim

13,08

+175%

5,18

+47,15%

Sumber: Laporan keuangan 2019

Jiwasraya

Sementara itu, Jiwasraya mencatatkan rugi komprehensif tahun 2019 sebesar Rp 4,30 triliun, berkurang 78% dari periode Desember 2018 yakni rugi Rp 19,69 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan 2019, pendapatan premi juga ambles 71% menjadi hanya Rp 3,09 triliun dari tahun sebelumnya mencapai Rp 10,55 triliun. Hasil investasi negatif Rp 869,12 miliar dari negatif Rp 16,52 triliun di Desember 2018.

Perusahaan masih mendapatkan pendapatan imbalan jasa DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan)/jasa manajemen lainnya sebesar Rp 14,99 miliar dari sebelumnya Rp 15,29 miliar.

Jumlah beban klaim dan manfaat berkurang menjadi Rp 5,41 triliun dari sebelumnya Rp 12,55 triliun.

Adapun jumlah aset berkurang menjadi Rp 18,15 triliun dari tahun 2018 yakni Rp 23,05 triliun.

Sementara liabilitas mencapai Rp 52,72 triliun pada tahun lalu, dari tahun sebelumnya Rp 53,31 triliun, termasuk kewajiban utang klaim Rp 13,08 triliun dari Desember 2018 yakni Rp 4,75 triliun. Kemudian utang lain yakni dari utang reasuransi Rp 17,14 miliar dari sebelumnya Rp 22,83 miliar, dan utang lainnya Rp 3,92 triliun dari Rp 3,23 triliun.

Ekuitas Jiwasraya negatif Rp 34,57 triliun dari sebelumnya ekuitas negatif Rp 30,26 triliun di Desember 2018.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular