
Gegara Penguatan Ringgit, Harga CPO Gak Kuat Naik Banyak

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Negeri Jiran menguat tipis pada perdagangan hari ini Selasa (25/8/2020). Kenaikan harga CPO mengekor penguatan harga minyak nabati lainnya tetapi sedikit tertahan oleh penguatan ringgit.
Pada 10.26 WIB, harga CPO untuk kontrak pengiriman November 2020 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 0,3% ke RM 2.669/ton. Pada perdagangan kemarin harga CPO ditutup di RM 2.662/ton.
Harga minyak kedelai Dalian untuk pengiriman Januari naik 1,4% pada Selasa, sedangkan kontrak minyak sawit Januari-nya naik 1,5%. Harga kedelai di Chicago Board of Trade juga naik 1,3%.
Namun penguatan harga CPO agak tertahan akibat penguatan ringgit terhadap dolar greenback. Ringgit Negeri Jiran menguat 0,1% di hadapan dolar AS hari ini. Kenaikan harga CPO hari ini terjadi setelah kemarin ambles akibat rilis data ekspor yang buruk.
Data surveyor kargo yang dirilis pekan lalu menunjukkan ekspor minyak sawit pada periode 1-20 Agustus ini mengalami kontraksi sekitar 18% - 21% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan ekspor CPO menjadi pemicu utamanya.
Di tengah terpaan dan ancaman kemungkinan pelemahan permintaan ekspor, salah satu harapan untuk mendongkrak konsumsi minyak nabati ini adalah dengan menggenjot program biodiesel.
Di Indonesia, pelaku industri domestik menyatakan pemerintah harus mendorong peningkatan penggunaan biodiesel untuk menyelematkan industri. Apalagi pemerintah bakal menjadikan biodiesel sebagai tonggak utama energi ke depannya.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono optimistis, kebijakan pemerintah terkait biodiesel tersebut akan membuat produksi CPO bakal terus diserap untuk ketahanan energi nasional.
Variasi penggunaan biodiesel yang berbahan baku sawit diyakini bakal terus meningkatkan konsumsi. Apalagi, dalam beberapa waktu terakhir Joko menyebut penyerapan sawit dari dalam negeri terus meningkat. Meski di sisi lain, permintaan dari ekspor cenderung menurun.
"Sekarang aja 70% ke ekspor, domestik 30%. Tahun ini ekspor alami pelemahan permintaan. Berkurang eskpor 7% tapi domestik meningkat. Jadi seimbang, ke depan saya liat gitu. Dalam negeri permintaan naik, luar kita liat. Ke depan saya yakin produksi kita meningkat," jelas Joko.
Berdasarkan data Refinitiv, sampai dengan Juni 2020, produksi minyak sawit RI berada di angka 4,5 juta ton, atau naik signifikan dibanding bulan Mei yang berada di 3,96 juta ton. Output naik 13,6% (month on month/mom).
Ekspor juga mengalami kenaikan dari bulan Mei di angka 2,43 juta ton menjadi 2,77 juta ton (+14% mom). Berbeda dengan ekspor, konsumsi domestik justru turun dari 1,38 juta ton menjadi 1,33 juta ton (-3,6% mom).
Pada akhirnya stok di bulan Juni meningkat pesat menjadi 3,95 juta ton atau naik 11,9% (mom) dari 3,5 juta ton di bulan Mei.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Kabar Buruk dari Malaysia, CPO Berpotensi Tertekan Besok