Raup Rp 16 T Pascajual Permata, Ini Rencana Astra Berikutnya

Monica Wareza, CNBC Indonesia
24 August 2020 18:29
Astra International
Foto: IST

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Astra International Tbk (ASII) masih akan menahan diri untuk melakukan pengembangan bisnis, termasuk akuisisi atau ekspansi di tengah pandemi Covid-19. Saat ini perusahaan masih berfokus untuk memperkuat neraca keuangan perusahaan.

Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan meski saat ini masih berfokus untuk memperkuat keuangan, tak menutup kemungkinan jika ada peluang perusahaan untuk investasi jangka panjang.

"Penjualan Permata kita prioritaskan perkuat neraca keuangan, belum ada rencana akuisisi atau investasi yang bisa disampaikan. Prioritas perkuat neraca keuangan tapi andaikata ada peluang baik yang berikan upside mungkin jangka panjang kami juga tertarik," kata Djony dalam konferensi pers virtual, Senin (24/8/2020).

Astra International mendapatkan dana segar Rp 16,38 triliun setelah melpas melepas 44,56% atau sebanyak 12,49 miliar saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) kepada Bangkok Bank. 

Dalam paparannya, dia menjelaskan bahwa saat ini perusahaan banyak menunda belanja modal (capital expenditure/capex) hingga waktu yang ditentukan.

"Strategy financial re-look belanja modal kami. Cash sangat penting sehingga ada belanja modal yang penting tapi bisa ditunda ya kami tunda karena kami ga tau sampe kapan. Saat situasi membaik kapasitas produksi, outlet cabang akan kami kembangkan," terangnya.

Adapun hingga semester I-2020 lalu laba bersih Grup Astra menurun 44% menjadi Rp 5,5 triliun, terutama karena penurunan kinerja divisi otomotif, alat berat dan pertambangan, dan jasa keuangan, yang disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19 dan langkah-langkah penanggulangannya.

Namun secara keseluruhan terjadi peningkatan laba bersih menjadi Rp 11,38 triliun atau naik 16% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 9,80 triliun. Laba bersih ini termasuk keuntungan dari penjualan saham di PT Bank Permata Tbk (BNLI) kepada Bangkok Bank Public Company Limited pada medio Mei 2020.

Mengacu laporan keuangan, pendapatan bersih holding Grup Astra ini turun 23% menjadi Rp 89,79 triliun dari sebelumnya Rp 116,18 triliun.

Laba bersih bisnis jasa keuangan Grup menurun 25% menjadi Rp2,1 triliun selama semester pertama 2020, terutama disebabkan oleh peningkatan provisi untuk menutupi peningkatan kerugian kredit bermasalah pada bisnis pembiayaan konsumen dan alat berat.

Laba bersih Grup dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi menurun sebesar 29% menjadi Rp2,4 triliun, terutama disebabkan oleh penjualan alat berat dan volume kontrak penambangan yang lebih rendah, akibat melemahnya harga batu bara.

Sementara itu, laba bersih dari divisi Agribisnis Grup mencapai Rp 312 miliar, meningkat secara signifikan dibandingkan laba bersih pada semester pertama tahun 2019, karena harga minyak kelapa sawit yang lebih tinggi.

Di sisi lain, divisi infrastruktur dan logistik Grup mencatat rugi bersih Rp 88 miliar, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp 83 miliar pada semester pertama tahun 2019, terutama disebabkan penurunan pendapatan jalan tol.

Laba bersih dari segmen teknologi informasi Grup menurun 64% menjadi Rp16 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari bisnis solusi dokumen dan layanan perkantoran PT Astra Graphia Tbk (AG), yang 76,9% sahamnya dimiliki Perseroan.

Divisi properti Grup melaporkan peningkatan laba bersih dari Rp 32 miliar menjadi Rp 71 miliar, terutama karena tingkat hunian yang lebih tinggi di Menara Astra dan pengakuan laba dari proyek pengembangan Asya Residences.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kinclong, Laba Bersih Astra Melesat 84%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular