Internasional

Hanya 2 Hari, Bill Gates Kerek Saham Farmasi Ini Meroket 431%

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
18 August 2020 10:48
Bill Gates speaks during an interview with Reuters in London, Britain, April 18, 2018. REUTERS/Hannah McKay
Foto: REUTERS/Hannah McKay

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham CureVac BV, perusahaan farmasi dan bioteknologi asal Jerman yang didukung Bill & Melinda Gates Foundation, meroket hingga 431% dalam 2 hari setelah tercatat pertama kali di Bursa Nasdaq pada Jumat pekan lalu Jumat (14/8) melalui skema penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

Dikutip dari Business Insider, CureVac tengah mengerjakan vaksin potensial untuk virus corona.

Pada Jumat lalu, perusahaan tercatat di Bursa Nasdaq dengan menawarkan harga IPO di level US$ 16/saham dengan jumlah saham baru yang dijual 13,3 juta dan meraih dana IPO US$ 213,3 juta atau setara dengan Rp 3,2 triliun (kurs Rp 14.800/US$).

Dalam debut perdagangan, saham berkode CVAC itu naik lebih dari tiga kali lipat, dan ditutup melesat 249% di level US$ 55,90/saham pada Jumat lalu.

Pada hari Senin kemarin, reli saham perusahaan biotek ini berlanjut lagi setelah harga sahamnya melonjak sebanyak 52% mencapai level tertinggi sepanjang masa yakni US$ 85/saham. Kenaikan ini mencapai 431,25% dari harga IPO US$ 16/saham.

CureVac mengatakan bahwa mereka akan menggunakan dana hasil dari IPO untuk penelitian dan pengembangan, memperluas kapasitas manufaktur, dan mendanai pengembangan klinis dari potensi vaksin virus corona melalui penyelesaian uji coba Tahap 3.

Menurut dokumen pengajuan kepada otoritas pasar modal AS, Securities and Exchange Commission (SEC), pada Juni lalu perusahaan sudah memulai uji coba vaksin virus corona tahap 1 dengan peserta uji coba dari manusia yang sehat. Perseroan berharap hasil uji coba tersebut bisa selesai pada kuartal keempat tahun ini.

Selain virus corona, CureVac juga sedang mengerjakan vaksin untuk rabies dan penyakit menular lainnya serta perawatan untuk tumor, kanker, dan penyakit lainnya.

"Visi kami adalah untuk merevolusi pengobatan dan membuka jalan baru untuk mengembangkan terapi dengan memungkinkan tubuh membuat obatnya [antibodinya] sendiri," kata perusahaan itu dalam arsipnya.

Perusahaan yang kini bersaing dengan perusahaan farmasi global di Wall Street seperti Moderna (MRNA), Novavax (NVAX), BioNTech (BNTX) dan Pfizer (PFE), ini juga didukung oleh miliarder Dietmar Hopp, salah satu pendiri raksasa perangkat lunak Jerman SAP (SAP) .

Hopp, dikutip CNN, disebutkan memiliki hampir setengah dari saham CureVac. Pemerintah Jerman dan salah pemimpin pasar farmasi Inggris, GlaxoSmithKline (GSK) juga memiliki andil besar atas perusahaan tersebut.

Bill & Melinda Gates Foundation, badan amal yang didirikan miliuner pendiri Microsoft (MSFT) dan istrinya, menginvestasikan US$ 40 juta atau Rp 592 miliar di perusahaan tersebut pada tahun 2015.

CureVac baru-baru ini menerima persetujuan dari pemerintah Jerman dan Belgia untuk memulai uji klinis salah satu vaksinnya untuk Covid-19.

Perusahaan mencatatkan pendapatan € 17,4 juta atau US$ 20,6 juta (Rp 305 miliar) pada tahun 2019, meningkat 35% dari tahun sebelumnya. Itu belum menguntungkan.

CureVac juga memiliki nama besar lain dalam daftar mitra yang diajak kerja sama. Perusahaan sedang mengerjakan proyek teknologi dengan raksasa mobil listrik Tesla (TSLA) yang didirikan Elon Musk.

Perusahaan sudah meneken perjanjian pengembangan dan kekayaan intelektual dengan Tesla sejak November 2015, menurut peraturan yang diajukan ke otoritas pasar modal AS, Securities and Exchange Commission (SEC).

Musk, salah satu orang terkaya di dunia, dalam cuitan di Twitter, bulan lalu mengatakan bahwa divisi Tesla di Jerman, Grohmann akan membantu membangun printer molekul untuk CureVac, "proyek sampingan" Tesla dengan perusahaan obat.

CureVac adalah salah satu dari beberapa bioteknologi yang juga menarik perhatian pemerintahan Donald Trump. Perusahaan itu membantah laporan yang diterbitkan awal tahun ini bahwa Presiden Trump berusaha mendapatkan beberapa ilmuwan Jerman di perusahaan itu untuk datang ke Amerika Serikat demi mengerjakan vaksin.

Hopp tidak menolak adanya kemungkinan perusahaan itu untuk bekerja lebih dekat dengan AS.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi Corona, Bill Gates & Warren Buffett Sibuk Ngapain yah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular