
Perkembangan Covid-19 Bikin Pelaku Pasar Keder

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia dan Eropa bergerak fluktuatif pada perdagangan Senin (17/8/2020) di tengah kecemasan seputar penyebaran virus corona baru penyebab Covid-19 dan kenaikan rasio kematian ke level 3,5%.
Indeks Stoxx 600, yang berisi 600 saham unggulan di Eropa sempat melemah pada sesi pembukaan dengan koreksi dipimpin indeks saham sektor perjalanan dan tamasya sebesar 0,9%. Namun, dua jam kemudian, indeks tersebut naik tipis 0,89 poin (+0,24%) ke 368,96.
Di Asia, indeks Nikkei Jepang melemah 0,8%, Strait Times Singapura surut 0,4%, dan KOSPI Korea Selatan drop 1,2%. Sebaliknya, indeks Shanghai China dan Hangseng Hong Kong naik masing-masing sebesar 2,3% dan 0,65%.
Pergerakan yang fluktuatif tersebut terjadi setelah data penyebaran Covid-19 menunjukkan sinyal pemburukan, sehingga mengaburkan ekspektasi sebelumnya mengenai temuan vaksin yang bakal segera membalikkan situasi perekonomian dunia.
Data Worldometers menyebutkan bahwa jumlah korban Covid-19 terus merangkak naik dan kini mencapai 21,8 juta orang terinfeksi. Sebanyak 14,6 juta orang berhasil sembuh. Namun, sebanyak 773.279 orang meninggal dunia. Jika dibandingkan dengan jumlah pengidap, maka rasio kematian Covid-19 telah menembus angka 3,5%.
Angka tersebut lebih buruk dari perkiraan semula. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS, sebelumnya memperkirakan angka kematian akibat virus mematikan itu bakal sebesar 0,65%. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Maret mencatat rasio kematian Covid-19 di angka 3,4%.
Beberapa negara bahkan melaporkan kemunculan kembali virus tersebut. Pada Minggu, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menunda pemilu di negara tersebut yang sedianya berlangsung pada September menjadi Oktober, karena mengantisipasi wabah.
Korea Selatan, melaporkan kluster baru penyebaran Covid-19 dari gereja Sarang Jeil, dengan kenaikan kasus harian sebesar 279 kasus baru pada hari Minggu kemarin. Ini merupakan lonjakan pertama sejak Maret di mana ada kasus baru di atas angka 200 dalam sehari.
Akibatnya, Negeri Ginseng ini menunda rencana latihan perang bersama Amerika Serikat (AS). Pelaku pasar pun melakukan aksi jual hingga bursa sahamnya terkapar hingga 1% lebih.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 'Mimpi Buruk' Dalam Sejarah IHSG