
AS-China di Ambang Perang Teknologi, Apa Kabar Obligasi RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah Indonesia nyaris tidak bergerak pada perdagangan hari ini. Imbal hasil (yield) obligasi memang cenderung turun, yang menandakan harga instrumen ini sedang naik, tetapi sangat tipis.
Pada Jumat (7/9/2020) pukul 12:20 WIB, berikut yield Surat Berharga Negara (SBN) berbagai tenor:
Di satu sisi, investor cemas dan enggan masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia karena pertikaian Amerika Serikat (AS) dan China yang semakin runcing. Teranyar, Presiden AS Donald Trump mengeluarkan perintah untuk memblok aplikasi media sosial buatan China seperti TikTok dan WeChat.
Aplikasi tersebut dinilai membahayakan kepentingan nasional Negeri Paman Sam. Oleh karena itu, pemerintah AS resmi memblok TikTok dan WeChat selama 45 hari ke depan.
TikTok cs, menurut Trump, bisa dimanfaatkan untuk kampanye yang menguntungkan Partai Komunis China dan menyudutkan AS. Oleh karena itu, Washington merasa berkewajiban untuk menempuh langkah tegas untuk melindungi kepentingan nasional.
"WeChat bisa mengambil informasi para penggunanya dengan cepat. Pengumpulan data ini bisa menyebabkan Partai Komunis China memiliki akses terhadap data diri rakyat AS dan informasi-informasi penting lainnya," sebut Trump dalam instruksinya.
Pelaku pasar khawatir China akan melakukan pembalasan setimpal. Produk-produk buatan AS bisa dilarang di Negeri Tirai Bambu.
"China bisa saja memblok Apple atau Microsoft. Mungkin kita akan melihat perang baru, perang teknologi informasi," tutur Nana Otsuki, Kepala Analis Monex Securities, seperti dikutip dari Reuters.
Namun di sisi lain, ada sentimen positif yaitu rilis data cadangan devisa. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2020 sebesar US$ 135,1 miliar. Melonjak tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 131,7 miliar. Rekor tertinggi cadangan devisa sebelumnya adalah US$ 132 miliar yang terjadi pada Januari 2018.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan sembilan bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. Peningkatan cadangan devisa pada Juli 2020 antara lain dipengaruhi oleh penerbitan Samurai Bond dan penarikan pinjaman pemerintah.
Cadangan devisa yang lebih dari cukup ini membuat stabilitas nilai tukar rupiah bisa terjaga. Saat kurs rupiah stabil, berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang ini menjadi menarik. Ada insentif untuk membeli SBN.
Dihadapkan terhadap dua sentimen yang saling berlawanan tersebut, pelaku pasar pun bimbang. Arus modal memang masuk ke pasar SBN, tetapi tidak terlalu deras. Akibatnya, harga SBN pun nyaris tidak bergerak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Kian Pede Disokong BI di SBN, Kupon Bakal Landai?