Gegara Resesi, Bank Sentral Singapura Batasi Dividen Bank

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
30 July 2020 12:57
Monetary Authority of Singapore (MAS), Bank Sentral Singapura
Foto: REUTERS/Edgar Su

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas keuangan dan bank sentral Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS), memutuskan untuk membatasi bank-bank terbesar di Singapura untuk membagikan dividen kepada pemegang sahamnya dengan cara membatasi rasio pembayaran atau payout ratio.

Kebijakan ini untuk memastikan bank-bank di Singapura masih memiliki likuiditas yang cukup dalam menyalurkan kredit di tengah kondisi perekonomian Singapura yang terhantam resesi.

MAS mendesak bank-bank Negeri Merlion untuk membatasi dividen per saham pada tahun ini menjadi 60% dari perolehan laba bersih tahun 2019.

Regulator juga meminta ketiga bank besar yang sahamnya tercatat di Bursa Singapura, DBS Group Holdings (DBS Group), Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) dan United Overseas Bank (UOB) dapat menawarkan pemegang saham opsi untuk menerima dividen dalam bentuk saham tambahan, bukan uang tunai.

"Pembatasan dividen adalah tindakan pre-emptive [mendahului pasar]. Dari stress test menunjukkan bank-bank lokal tetap tangguh bahkan di bawah kondisi buruk dengan krisis kesehatan masyarakat yang serius dan berkepanjangan," tulis laporan CNBC International, Kamis (30/7/2020).

Kebijakan moneter ketat yang ditempuh MAS sebelumnya juga sudah diterapkan di beberapa regulator keuangan lainnya di dunia seperti yang dilakukan Bank of England yang mendesak bank untuk membatalkan dividen tahun ini.

Australia juga merekomendasikan bank dan perusahaan asuransi membayar kurang dari setengah dari keuntungan mereka.

Seperti diketahui, Singapura adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang paling terpukul pandemi Covid-19.

Hingga Rabu kemarin (29/8/2020), Singapura melaporkan lebih dari 51.500 kasus positif dan 27 kematian menurut data Kementerian Kesehatan setempat. Ekonomi Negeri Singa bahkan diperkirakan akan terkontraksi di kisaran 4% dan 7% tahun ini, menjadi resesi terburuk sejak negara tersebut merdeka di tahun 1965.

"Otoritas Moneter Singapura ingin memastikan buffer modal bank tetap cukup dalam menghadapi ketidakpastian yang signifikan di masa depan, sehingga bank-bank tetap menyalurkan pinjaman dan menggerakkan perekonomian," kata Ravi Menon, Direktur Pelaksana MAS, dalam keterangannya.

Akan tetapi, merespons pembatasan dividen ini, saham-saham bank di Bursa Singapura bergerak negatif. Pada Kamis, di awal perdagangan, saham DBS Group dan OCBC, terkoreksi sampai lebih dari 3% dari posisi penutupan sebelumnya.

Sedangkan, saham bank UOB terjerembab lebih dari 2% pada perdagangan kemarin.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pede nih! Bank Sentralnya Ramal Ekonomi Singapura Melesat 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular