
Negara Tetangga 2 Kali Ketatkan Kebijakan Moneter, BI Nyusul?

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren pengetatan kebijakan moneter global sudah dimulai di awal tahun ini, inflasi yang tinggi menjadi salah satu alasannya. Kemarin, Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) sekali lagi mengejutkan pasar dengan mengetatkan kebijakannya.
MAS pertama kali membuat kejutan pada pertengahan Oktober lalu. Para analis kemudian memprediksi kebijakan moneter akan kembali diketatkan pada bulan April nanti. Nyatanya, MAS melakukannya kemarin.
MAS kemarin mengatakan sedikit menaikkan slope $SNEER, begitu juga dengan lebar (width) tetapi titik tengah atau centre tidak berubah.
Pengetatan tersebut dilakukan pasca rilis data inflasi yang kembali menunjukkan kenaikan. Data dari pemerintah Singapura kemarin menunjukkan inflasi di bulan Desember melesat 4% year-on-year (yoy) lebih tinggi dari bulan sebelumnya 3,8% (yoy), dan tertinggi sejak Februari 2013.
Kemudian inflasi inti yang tidak memasukkan biaya akomodasi dan transportasi pribadi melesat 2,1% (yoy), tertinggi sejak Juli 2014. Kenaikan tersebut lebih tinggi dari bulan sebelumnya 1,6% (yoy) dan hasil survei Reuters terhadap para ekonom yang memperkirakan sebesar 1,7%.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate). Pada 14 Oktober lalu MAS juga menaikkan kemiringan (slope) S$NEER dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara lebar (width) dan titik tengah (centre) masih tetap.
Meski sudah mengetatkan kebijakan moneternya, MAS masih diprediksi melakukan hal yang sama pada bulan April nanti. Sebab, kemarin MAS hanya "sedikit" melakukan pengetatan.
"Jika MAS mengumumkan kebijakan yang lebih agresif hari ini, maka ekspektasi pengetatan moneter di bulan April bisa diabaikan," kata Selena Ling, kepala riset dan strategi treasury OCBC, sebagaimana dikutip CNBC International, Selasa (25/1).
Sebelumnya, 12 analis yang disurvei Bloomberg memperkirakan MAS akan mengetatkan kebijakan moneternya pada bulan April.
"Kita tidak bisa mengesampingkan langkah yang lebih agresif jika inflasi terus meninggi serta dampak dari kenaikan pajak barang dan jasa," kata Chua Hak Bin, ekonom senior di Maybank Kim Eng Research, sebagaimana dilansir Bloomberg.
Chua memperkirakan MAS akan menaikkan slope sebesar 50 basis poin. Sementara analis dari Citigroup, Goldman Sachs dan Nomura memprediksi kenaikan sebesar 100 basis poin.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> BI Bakal Menyusul Dengan Mengerek Suku Bunga?
