
Waspada! Ini Ramalan Moody's soal Perbankan Asia Pasifik

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat global, Moody's Investor Service memperkirakan bank-bank di kawasan Asia Pasifik akan menghadapi tantangan penurunan profitabilitas atau keuntungan sebagai dampak dari pandemi Covid-19.
Dalam riset terbarunya, Moody's menyebutkan, tren penurunan profitabilitas ini akan memburuk dalam beberapa tahun mendatang, pasalnya wabah virus Corona tipe baru mempercepat perubahan struktural bisnis di hampir semua sektor.
"Suku bunga yang lebih rendah untuk jangka waktu yang lebih lama, kenaikan biaya kredit dan biaya operasional akan membebani profitabilitas bank-bank di Asia Pasifik di tahun-tahun mendatang, tren ini diperburuk dengan wabah virus Corona," kata Rebaca Tan, Analyst Financial Institutions Group Moody's, dalam pernyataan resmi, Rabu (29/7/2020).
Rebaca melanjutkan, bank-bank di kawasan Asia Pasifik harus mengubah model bisnis dalam mengatasi tantangan-tantangan ini.
Moody's mencermati, tren penurunan profitabilitas sebetulnya sudah terlihat sejak 2014 lalu. Dari sisi pengembalian aset (return on asset/ROA) bank sudah menurun dan kemungkinan berlanjut setidaknya sampai tahun depan.
Faktor-faktor lainnya, bersumber tekanan deflasi dari pengurangan permintaan kredit dan harga minyak yang rendah, ini akan menjaga suku bunga rendah untuk periode yang lama yang mengarah pada penurunan pendapatan bunga dan kompresi margin bunga bersih atau net interest margin (NIM).
"Hambatan lain pada profitabilitas adalah kemungkinan kenaikan biaya kredit karena kualitas aset melemah, sementara percepatan pergeseran ke layanan perbankan digital akan mendorong biaya operasional," paparnya.
Untuk mengurangi ketergantungan pada pendapatan bunga bersih dari pasar domestik, bank akan semakin mengejar sumber pendapatan lain atau memperluas ke luar negeri sambil melanjutkan dengan digitalisasi.
Namun, opsi-opsi ini memiliki tantangan sendiri, terutama untuk bank-bank yang tidak memiliki visi maupun sumber daya untuk merombak model bisnis mereka ke arah digital.
Di sisi lain, ada kesenjangan antara bank-bank besar yang cukup agresif dalam melakukan ekspansi dengan bank-bank yang lebih kecil karena terbatasnya sumber pendanaan mereka untuk melakukan ekspansi ke arah digitalisasi.
"Dalam jangka panjang, bank-bank lamban yang gagal mengubah model bisnis mereka akan menjadi target akuisisi atau harus bergabung untuk bertahan hidup," pungkas Rebaca.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Begini Dampak Dahsyat Merger 3 Bank Syariah Menurut Moody's