Begini Dampak Dahsyat Merger 3 Bank Syariah Menurut Moody's

Tri Putra, CNBC Indonesia
20 October 2020 17:28
cover topik/ Merger bank syariah bumn_luar
Foto: cover topik/ Merger bank syariah bumn_Luar

Jakarta, CNBC Indonesia - Merger tiga bank syariah milik bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tak hanya mendapat perhatian pelaku industri keuangan domestik. Merger benilai lebih dari Rp 210 triliun ini rupanya mendapat perhatian dari Moody's Investors Service (Moody's).

Moody's mengeluarkan ulasan soal ini, yang dirilis hari ini. Menurut Moody's merger tersebut merupakan kabar gembira bagi industri perbankan syariah di Tanah Air. Merger 3 bank ini akan menciptakan institusi keuangan islam yang akan mendorong tingkat efisiensi dam kompetitifitas sektor perbankan syariah.

Proses merger 3 bank syariah ini sudah sampai pada tahap conditional merger agreement (CMA) yang akan melebur ketiga anak usahanya tersebut menjadi satu perbankan syariah terbesar di Indonesia

PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) akan menjadi surviving entity merger ini, dengan BBNI, BBRI, dan BMRI tetap menjadi pemegang saham (meskipun detail pemegang saham ini belum diumumkan). Entitas yang akan dilebur adalah PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah.

Menurut perhitungan Moody's total aset leburan bank ini akan mencapai 2% dari total aset seluruh perbankan di Indonesia dan hingga 40% total aset perbankan syariah per 30 Juni 2020. Merger yang diharapkan dapat selesai pada Februari 2021 ini akan menciptakan bank terbesar nomor tujuh di Indonesia dari segi aset.

Selain skala ekonomi yang tentunya akan meningkat, entitas keuangan ini akan membantu meningkatkan kesadaran akan perbankan syariah di Indonesia dan tentunya akan meningkatkan permintaan produk finansial syariah dan pelayanan keuangan syariah.

Selain itu dengan munculnya perbankan syariah hasil merger ini juga akan menarik para pekerja yang sebelumnya 'ogah' bekerja di bank syariah karena skala bank yang kecil dan karir yang kurang oke, problem yang sudah berakar sejak dulu di bank syariah.

Hasil merger bank syariah tersebut juga bisa mendiversifikasi pembiayaan dan pemberian kredit dari berbagai sumber untuk managemen resiko yang lebih baik. Karena modal yang meningkat, bank ini juga bisa memberikan kredit ke perusahaan-perusahaan yang lebih besar, dimana secara umum lebih rendah resiko dibanding dengan memberikan kredit ke perusahaan kecil. Dengan besarnya bank syariah hasil leburan ini nantinya juga bisa mengakses pasar sukuk global dengan lebih mudah.

Peleburan bank syariah ini sendiri merupakan salah satu rencana pemerintah dalam mengembankan perekonomian syariahnya. Meskipun memiliki mayoritas penduduk muslim, perbankan syariah kurang memiliki penetrasi pasar dibanding negara-negara islam lain seperti Bangladesh, Brunei, dan Malaysia.

Perbankan syariah hanya memiliki total 6% dari total aset seluruh perbankan per 31 Juli 2020. Selain itu yang menyebabkan penetrasi perbankan syariah di Indonesia tergolong kecil selain karena kecilnya bank syariah secara individu sehinga tidak bisa menarik atensi dan permintaan pasar, dan juga skala ekonomi yang kecil dibandingkan dengan bank konvensional yang memiliki aset besar.

Hal inilah yang menyebabkan bank syariah memiliki profitabilitas di bawah bank-bank konvensional yang lebih cost efficient meskipun akhir-akhir ini aset perbankan syariah berhasil meningkat, akan tetapi menurut Moody's pandemi virus corona akan merusak tren ini.


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cuma Dibeli Rp 781/unit, Saham BRIS Rontok & Kena ARB

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular