
Pede nih! Bank Sentralnya Ramal Ekonomi Singapura Melesat 6%

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian negeri jiran, Singapura, diprediksi akan membaik pada tahun ini, melebihi perkiraan sebelumnya. Perbaikan ini ditopang oleh penguatan permintaan eksternal.
Prediksi tersebut dikeluarkan oleh otoritas keuangan dan bank sentral Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS). Melansir Channel News Asia, Rabu (28/4/2021), MAS mengatakan, produk domestik bruto (PDB) Negeri Singa bisa mencapai 6% pada 2021. Angka ini merupakan batas atas dari perkiraan resmi.
Faktor yang bisa mempengaruhi capaian pertumbuhan PDB tersebut, di antaranya kemunduran dalam pemulihan ekonomi global atau lonjakan kasus Covid-19 yang ditularkan secara lokal.
Bank sentral Singapura tersebut mengatakan dalam tinjuan makroekonomi semesteran terbaru, prospek ekonomi jangka pendek tampak cerah dengan ditopang oleh penguatan permintaan eksternal.
"Ada upside risks [risiko positif], seperti dari peningkatan yang lebih kuat dari yang diperkirakan dalam siklus elektronik global, tetapi ini disertai dengan downside risks [risiko negatif] yang berkaitan dengan mutasi virus dan kemanjuran vaksinasi," tulis MAS.
Pemulihan yang Tak Merata
Tahun lalu, ekonomi Singapura mengalami kontraksi 5,4% yang belum pernah terjadi sebelumnya, setelah dilanda virus corona. Adapun ekonomi Singapura diperkirakan akan memasuki periode pemulihan bertahap pada tahun ini.
Data awal untuk kuartal pertama 2020 menunjukkan adanya perubahan haluan setelah tiga kuartal mengalami kontraksi. Aktivitas manufaktur yang kuat membantu ekspansi ekonomi sebesar 0,2%.
Akan tetapi, MAS, memperingatkan bahwa pertumbuhan kemungkinan akan "tetap berbeda antarsektor".
"Perkiraan PDB yang kuat memungkiri berlanjutnya ketidakmerataan dalam penyebaran pemulihan dan disertai dengan ketidakpastian yang meningkat," jelas MAS.
Selain itu, sektor manufaktur juga diprediksi akan mengalami pertumbuhan kuat. Sektor ini telah menjadi penopang penting selama setahun terakhir, seiring peningkatan pesat dalam siklus teknologi global yang terus mendorong produksi barang-barang elektronik.
Di sisi lain, prospek untuk sektor yang terdampak paling parah, termasuk transportasi udara dan akomodasi, tampaknya 'agak memburuk' di tengah lonjakan global dalam infeksi Covid-19 dan munculnya jenis virus yang lebih menular.
Kondisi ini, kata bank sentral, membuat harapan untuk pembukaan kembali perbatasan internasional yang substansial dalam waktu dekat menjadi semakin berkurang.
Di sektor lain, kegiatan konstruksi akan ditopang oleh proyek yang menumpuk dan permintaan yang diantisipasi bakal meningkat tahun ini. Kendati, minimnya tenaga kerja dan meningkatnya biaya material menjadi tantangan dalam waktu dekat.
Lebih lanjut, sentimen konsumen yang membaik akan terus menyokong sektor ritel dan makanan dan minuman.
Tetapi, beberapa segmen penyedia jasa modern yang berkinerja baik selama pandemi mungkin melihat pertumbuhan melambat di kuartal mendatang. Ini termasuk segmen pengelolaan dana di mana harga aset bisa berada di bawah tekanan mengingat valuasi yang sudah tinggi.
Pemulihan Pasar Tenaga Kerja, Diiringi Inflasi Tinggi
Dalam review sepanjang 119 halaman, MAS juga mengatakan bahwa pasar tenaga kerja domestik diperkirakan akan melanjutkan pemulihannya "dengan kecepatan yang stabil" tahun ini bersamaan dengan kondisi ekonomi.
Bank sentral Singapura tersebut menjelaskan, hal tersebut diringi dengan pertambahan sebagian besar pekerjaan bagi penduduk.
Oleh karena itu, MAS memperkirakan tingkat pengangguran penduduk akan terus menurun sepanjang tahun.
Namun, dengan beberapa kelonggaran yang bertahan di pasar tenaga kerja, pertumbuhan upah mungkin relatif tidak berubah tahun ini.
Adapun mengenai persoalan inflasi, indikator inflasi inti dan inflasi umum (headline inflation) diperkirakan akan meningkat di bulan-bulan mendatang. Ini terjadi seiring adanya pemulihan tajam harga minyak global dan efek pembanding atau dasar yang rendah (low base effect) pada kuartal kedua tahun lalu.
Bank sentral memperkirakan, laju kenaikan akan mereda di paruh kedua tahun ini, yang mencerminkan masih adanya tekanan biaya eksternal dan domestik.
Inflasi inti, yang tidak mengikutsertakan biaya transportasi dan akomodasi pribadi, ditetapkan rata-rata antara 0 hingga 1%, sedangkan inflasi umum baru-baru ini ditingkatkan ke kisaran 0,5 hingga 1,5%.
Dengan mempertimbangkan semua itu, karenanya MAS memutuskan untuk mempertahankan "tingkat apresiasi nol persen per tahun" dari kebijakannya pada peninjauan dua kali-setahun pada awal bulan ini.
Bank sentral juga menambahkan bahwa sikap kebijakan moneter yang akomodatif tetap akan sesuai.
Bank sentral juga mengatakan, hal tersebut akan, "melengkapi kebijakan fiskal yang kuat, mendukung penyempitan kesenjangan output negatif dan memastikan stabilitas harga dalam jangka menengah."
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Q2-2021, Ekonomi Singapura Tumbuh 14,3% (yoy)
