
Investor Optimistis Pada Ekonomi RI, Harga Obligasi Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia hari ini, Senin (27/7/2020) mengalami kenaikan terdorong oleh kabar baik dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang akan meneken perjanjian kerja sama terkait penempatan dana pemerintah kepada BPD setelah sebelumnya pemerintah menempatkan dana di Bank Himbara.
Hal ini merespons dari pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional untuk menanggulangi dampak pandemi Covid-19. Bersamaan dengan agenda tersebut, bendahara negara juga akan menandatangani kerja sama terkait dukungan pembiayaan dana dukungan tunai atau Viability Gap Fund (VGF).
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menjelaskan penempatan dana di BPD ini merupakan kelanjutan pemerintah pusat setelah sebelumnya telah menempatkan dana pada 4 Bank Himbara (BNI, Mandiri, BRI, dan BTN) sebesar Rp 30 triliun, sesuai dengan PMK 70 Tahun 2020.
"Untuk Bank Jabar Rp 2,5 triliun, Bank DKI penempatan dana Rp 2 triliun, Bank Jawa Tengah Rp 2 triliun, Bank Jawa Timur Rp 2 triliun, Bank Sulawesi Utara dan Gorontalo Rp 1 triliun. Kita telah menyiapkan Rp 20 T untuk ditempatkan di BPD," jelas Sri Mulyani dalam sambutannya, Senin (27/7/2020).
Hal ini membuktikan bahwa pemerintah tidak tinggal diam guna menghidupkan kembali roda perekonomian akibat hantaman pandemi virus corona (Covid-19) yang meluluhlantakkan lini bisnis Tanah Air. Dengan stimulus tersebut memberikan gairah bagi investor untuk masuk pasar keuangan RI termasuk ke dalam aset pendapatan tetap (fixed income).
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari tiga seri acuan (benchmark). Ketiga seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun dan FR0082 bertenor 10 tahun dan FR0080 bertenor 15 tahun, sementara FR0083 bertenor 20 tahun justru mengalami pelemahan.
Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0081 yang bertenor 5 dengan penurunan yield 5,80 basis poin (bps) menjadi 6,051%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Perbandingan Yield SBN RI 27 Juli 2020
Seri | Jatuh tempo | Yield 24 Juli'20 (%) | Yield 27 Juli'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 27 Juli'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.109 | 6.051 | -5.80 | 6.0073 |
FR0082 | 10 tahun | 6.909 | 6.866 | -4.30 | 6.8425 |
FR0080 | 15 tahun | 7.362 | 7.361 | -0.10 | 7.2972 |
FR0083 | 20 tahun | 7.434 | 7.440 | 0.60 | 7.4012 |
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga mengalami penguatan. Indeks tersebut naik 0,10 poin atau 0,04% menjadi 285,44 dari posisi kemarin 285,34.
Penguatan di pasar surat utang hari ini senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada hari Senin ini (27/7/2020), Rupiah menguat 0,34% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.490/US$ di pasar spot.
Sementara pengembangan kandidat vaksin virus corona oleh berbagai negara termasuk Indonesia efektif meningkatkan kepercayaan investor bahwa perekonomian akan berangsur-ansur pulih dan aktivitas ekonomi dapat di buka kembali secara normal, turut menopang harga obligasi RI.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Mulai Masuk Obligasi RI, Setelah Sempat Keluar Rp 114 T