Ramai Obligasi, Bos Bank Sentral Singapura Ingatkan Dampaknya

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
23 July 2020 13:53
Monetary Authority of Singapore (MAS), Bank Sentral Singapura
Foto: REUTERS/Edgar Su

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia, memaksa negara-negara berkembang (emerging market) untuk melakukan pengeluaran fiskalnya secara ekstra, menyusul dampakĀ perlambatan pertumbuhan ekonomi hingga menghindari masuk ke dalam jurang resesi.

Dalam diskusi virtual di DBS Asian Insight Conference 2020, Senior Minister dan Chairman Monetary Authority of Singapore (MAS), Tharman Shanmugaratnam mengatakan, alasan tersebutlah yang juga mengajak negara-negara berkembang menerbitkan obligasi secara besar menekan dampak negatif dari Covid-19 yang berlangsung secara periodik.

MAS adalah bank sentral dan otoritas keuangan di Singapura.

"Namun ada masalah fundamental di sini, ketika negara-negara di luar negara maju seperti Amerika Serikat (AS) menerbitkan surat utang jangka panjangnya, maka hasil yang didapat secara periodik juga akan berdampak pada permasalahan domestik secara berkepanjangan ke depannya", ujar Tharman dalam diskusi dengan topik Navigating a Post Pandemic World, Kamis (23/07/20).

Meski negara-negara berkembang saat ini, dua pertiga porsinya dikontribusikan oleh negara-negara berkembang, termasuk sepertiganya dari China, namun pandemi menguji kelemahan fiskal negara-negara tersebut dibandingkan negara seperti AS.

Dampak bagi domestik secara berkepanjangan dengan menambah utang secara masif untuk periode singkat ini, sangat berisiko tinggi dengan konsekuensi potensial negara berkembang tersebut pada geopolitik hingga sosial secara domestik.

"Jika surat utang dalam skala besar diterbitkan, tentunya pemerintah harus lebih banyak lebih banyak lagi untuk membayar utang. Yang artinya tujuan mendasar pengeluaran fiskal seperti pendidikan hingga kesehatan akan lebih sedikit", sebutnya.

Padahal di periode pandemi hingga pascapandemi, alokasi anggaran pemerintah ke sektorĀ pendidikan hingga research dan development (R&D) menjadi pilar utama negara-negara berkembang untuk memulihkan ekonomi setelah sektor industri dihantam pandemiĀ Covid-19.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular