
Gegara Impor India Jeblok, Batu Bara Terpuruk Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara sepanjang pekan ini mengalami keterpurukan karena masih lemahnya permintaan ditambah dengan sentimen buruk yang merebak terkait lonjakan kasus terinfeksi virus corona menjadi pemberat harga si batu hitam.
Selama minggu ini (week on week/WoW), harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak yang aktif diperdagangkan anjlok US$ 1,4 atau 2,64% ke level US$ 53,10/ton pada penutupan Jumat kemarin (24/7/2020) dari US$ US$ 54,50/ton pada Jumat lalu (17/7/2020).
Lonjakan kasus baru infeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di India jadi salah satu pemicu terkoreksinya harga batu bara. India sebagai negara konsumen batu bara terbesar kedua setelah China kembali melaporkan adanya kenaikan kasus infeksi Covid-19.
Kini India telah menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak ketiga setelah Amerika Serikat (AS) dan Brazil. Mengacu data Worldometers jumlah terinfeksi Covid-19 di India mencapai 1,38 juta lebih orang, dengan angka kematian sebanyak 32 ribu lebih korban jiwa.
Pandemi Covid-19 tersebut telah membuat impor batu bara termal di dua belas pelabuhan utama India menurun 35% menjadi 17,71 juta ton pada kuartal pertama tahun fiskal India saat ini (April hingga Juni), menurut Asosiasi Pelabuhan India (IPA).
Sementara, impor batu bara kokas juga mencatatkan penurunan sebesar 28% menjadi 10,69 juta ton pada kuartal tersebut. Pelabuhan-pelabuhan ini telah menangani 27,13 juta ton batu bara termal dan 14,95 juta ton batu bara kokas selama periode April-Juni tahun anggaran sebelumnya.
Beralih ke negara lain, impor batubara Vietnam tercatat melonjak 60,3% (yoy) pada Juni 2020 menjadi 6,3 juta ton, menurut data Refinitiv Coal Flow. Vietnam menjadi salah satu dari sedikit pasar di mana permintaan batu bara telah tumbuh di tengah pandemi Covid-19.
Negara ini secara aktif beralih ke batu bara impor untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dari sektor pembangkit listrik tenaga batu bara. Angka untuk enam bulan pertama tahun 2020 menunjukkan Vietnam mengimpor total 31,5 juta ton batu bara atau naik 53,8% dibandingkan dengan semester I-2019.
Impor batu bara paling banyak berasal dari Australia (10,8 juta ton), Indonesia (9,8 juta ton) dan Rusia (4,4 juta ton).
Beralih ke Eropa, konsumsi batu bara masih cenderung rendah secara musiman untuk sisa tahun ini, kecuali terjadi pemulihan permintaan energi atau harga gas yang signifikan. Efisiensi tinggi pembangkit listrik tenaga batu bara Jerman tidak kompetitif dengan pembangkit berbahan bakar gas.
Berdasarkan harga gas dan batu bara Uni Eropa baru-baru ini, peralihan bahan bakar batu bara ke gas akan menjadi faktor pembatas untuk permintaan batubara dalam jangka menengah.
Impor yang lebih lemah pada tahun 2020 telah membuat stok batu bara di wilayah ARA turun sekitar 1 juta ton dari level tertinggi lebih dari 7 juta ton pada Juli 2019, sementara harga yang rendah menghalangi pemasok dari Rusia, Kolombia, dan AS untuk mengekspor ke wilayah tersebut.
Impor UE dari Rusia turun 9,3 juta ton pada tahun Januari-Mei menjadi 13,1 juta ton, dengan pasokan AS, Kolombia, dan Indonesia turun masing-masing 1,5 juta ton, 2,2 juta ton, dan 2,4 juta ton. Impor ke Belanda menyumbang 7,3 juta ton atau 35% dari penurunan, dengan Spanyol menyumbang 3,9 juta ton dan Jerman 2,8 juta ton.
Pelemahan permintaan ini membuat harga batu bara menjadi sangat rendah dan membuat produsen batu bara global menderita. Para produsen ini pada akhirnya harus memilih memangkas produksinya untuk mendongkrak harga.
"Kami tidak mengharapkan harga rata-rata lebih tinggi pada 2020 dibandingkan dengan 2019 karena permintaan global secara keseluruhan akan tetap lemah, sementara produksi global tetap kuat," kata Fitch Solutions, seperti diwartakan Reuters.
"Defisit pasokan batu bara global akan berkurang menjadi 535 juta ton tahun ini dari 587 juta ton tahun lalu," tambah Fitch Solutions. Beberapa pabrik dan tambang batu bara menjadi tak menguntungkan karena lemahnya permintaan dan anjloknya harga tahun ini.
Selain itu, ketegangan yang terjadi antara China dengan Australia juga turut menjadi faktor yang perlu dicermati dan dapat berdampak pada permintaan batu bara dari Australia mengingat Negeri Kanguru menjadi salah satu pemasok terbesar batu bara ke Negeri Panda.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Harga Batu Bara Ambles & Gagal Tembus US$ 60