Baru juga Tembus US$ 85/ton, Batu Bara Akhirnya Balik Arah

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
30 December 2020 09:05
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak futures batu bara Newcastle akhirnya tergelincir cukup dalam setelah sekian lama reli tak terbendung. Harga yang sudah tinggi memang rawan terkoreksi akibat aksi ambil untung (profit taking).

Pada perdagangan kemarin (29/12/2020), harga kontrak batu bara termal yang aktif ditransaksikan di bursa berjangka tersebut terkoreksi 1,58% ke level US$ 84,15/ton. Sebelumnya harga batu bara tembus ke level US$ 85,5/ton.

China ada dibalik penguatan harga batu bara belakangan ini. Negeri Panda dilaporkan telah menginstruksikan kepada pembangkit listriknya untuk mulai mengimpor batu bara karena ketatnya pasokan domestik.

China menghadapi tantangan serius terkait sektor listriknya di provinsi Hunan, Jiangxi dan Zhejiang sejak awal Desember, karena pemulihan ekonomi yang kuat hingga cuaca dingin serta tersendatntya pasokan energi terbarukan.

Konsumsi listrik dalam beberapa minggu terakhir telah meningkat sebesar 11% dibandingkan tahun sebelumnya, dan beban listrik di 20 provinsi telah meningkat dengan kecepatan dua digit.

Output batu bara China masih tertekan akibat pandemi dan membuat harganya melambung tinggi. Harga batu bara patokan Qinhuangdao 5.500 Kcal/kg bahkan sudah tembus RMB 743/ton pada akhir pekan lalu. Jauh di atas rentang target pemerintah di RMB 500 - 570 per ton.

Meski sudah merelaksasi kuota impornya, harga batu bara domestik masih tetap sangat tinggi. Di sisi lain hubungan antara Australia dan China juga masih panas. China disebut memboikot berbagai komoditas dari Australia termasuk batu bara salah satunya. 

Indonesia diuntungkan dengan semakin panasnya hubungan Australia-China. China sepakat membeli batu bara dari Indonesia senilai US$ 1,46 miliar untuk tahun depan. Kedua negara sepakat untuk menargetkan volume perdagangan batu bara sebesar 200 juta ton.

China banyak mengimpor batu bara termal dari Indonesia dan batu bara kokas dari Australia. Batu bara termal banyak digunakan untuk pembangkit listrik sementara batu bara metalurgi banyak dipakai untuk pembuatan baja.

Ke depan Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan permintaan batu bara akan naik di 2021. Kenaikan permintaan diperkirakan bakal mencapai 2,6% dibanding tahun ini pasca diserang pandemi Covid-19 yang memicu lockdown secara masif dan membuat konsumsi listrik turun dan roda industri tersendat.

Permintaan batu bara termal dan metalurgi diperkirakan meningkat menjadi 7.43 miliar ton pada tahun 2021 dari 7.24 miliar ton tahun ini. Jelas ini menjadi katalis positif bagi harga batu bara.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Demand Belum Membaik, Industri Batu Bara Butuh Relaksasi Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular