Harga Batu Baru Makin Merana, Pekan Ini Ambruk 34%

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
20 March 2022 12:55
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara acuan terpantau ambruk parah pada pekan ini, di mana jatuhnya harga batu bara sudah terjadi sejak pekan lalu.

Sepanjang pekan ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) ambruk hingga 33,64% ke level US$ 240/ton secara point-to-point. Pada pekan lalu, harga batu bara ambruk hingga 11%.

Makin ambruknya harga batu bara terjadi setelah pada akhir Februari lalu hingga awal bulan ini sempat melesat cukup tinggi dan mencetak rekor terbarunya. Investor pun masih melakukan aksi ambil untung (profit taking) hingga pekan ini, karena harganya dinilai sudah terlalu tinggi.

Harga batu bara sempat melambung setelah Rusia menyerang Ukraina pada 25 Februari lalu. Harga si batu hitam melonjak cepat dari US$ 251,5/ton ke kisaran US$ 400/ton.

Harga batu bara menembus rekor tertingginya pada 2 Maret lalu ke level US$ 446/ton dan bertahan di kisaran US$ 400/ton hingga 9 Maret (US$ 426,85/ton). Namun, setelah itu harganya ambles.

Selain karena harganya sudah terlalu tinggi, pelemahan harga batu bara bisa jadi karena pasokan dari China yang sudah meningkat. Selama Januari-Februari, China memproduksi 686,6 juta ton batu bara, naik 10,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pihak Beijing sudah meminta produsen untuk meningkatkan produksi menjelang hari libur dan perayaan festival di China. Mereka juga meminta produsen untuk beroperasi secara normal selama liburan guna menjaga pasokan dan harga.

"(Penurunan ini) merupakan koreksi harga karena harga lalu yang sudah tembus ke US$ 400/ton merupakan overshot. Semua karena panic buying di tengah sentimen pengurangan supply akibat serangan Rusia ke Ukraina," tutur analis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi kepada CNBC Indonesia.

Sementara faktor kedua dari harga batu bara yang ambruk menurut Zuhdi adalah menurunnya harga minyak mentah seiring dengan komitmen negara dan organisasi internasional yang melakukan sanksi ke Rusia untuk melepas cadangan minyak strategis, seperti Amerika Serikat (AS).

"Ketiga, dislokasi pasar yang ada alternatifnya. Banyak negara Asia yang tidak peduli dengan sanksi yang diberikan ke Rusia. India malah tetap beli dan meningkatkan oil dan juga coal dari Rusia karena didiskon," ujarnya.

Faktor terakhir adalah dampak perang Rusia-Ukraina yang lebih kecil daripada dugaan sebelumnya. Kendati harganya jatuh, Zuhdi melihat masih ada kemungkinan harga batu bara naik di waktu mendatang.

"Sejauh ini perangnya terlihat terlokalisasi jadi mungkin dampaknya belum terlalu keliatan besar. Namun untuk bulan ke depan masih bisa sekali harga untuk naik jauh," imbuhnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Melonjak 10% Lebih Pekan Ini, Apa Pemicunya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular