Rupiah Sedang Kuat, Mata Uang Eropa Lewat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 July 2020 20:27
FILE PHOTO: Painted monetary symbols are seen on a wall in Dublin city centre October 22, 2014.  A year-long investigation into allegations of collusion and manipulation by global currency traders is set to come to a head on Wednesday, with Britain's financial regulator and six big banks expected to agree a settlement involving around ?1.5 billion ($2.38 billion) in fines. The settlement comes amid a revival of long-dormant volatility on foreign exchanges, where a steady rise in the U.S. dollar this year has depressed oil prices and the currencies of many commodity exporters such as Russia's rouble, Brazil's real and Nigeria's naira - setting the scene for more turbulence on world financial markets in 2015.  REUTERS/Cathal McNaughton/File Photo
Foto: Mata uang (REUTERS/Cathal McNaughton)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sedang perkasa pada perdagangan Kamis (23/7/2020), tidak hanya melawan dolar Amerika Serikat (AS) mata uang Eropa juga dibuat tak berdaya.

Kabar mengenai uji klinis vaksin virus corona di dalam negeri membuat rupiah kembali perkasa. Selain itu Bank Indonesia yang mengindikasikan tidak akan lagi menurunkan suku bunga juga memberikan keuntungan bagi Mata Uang Garuda.

Pada pukul 17:44 WIB, rupiah menguat 0,38% melawan euro di Rp 16.859,09/EUR, sementara melawan poundsterling menguat 0,63% di Rp 18.507,6/GBP. Rupiah mendapat tenaga dari membaiknya sentimen pelaku pasar merespon perkembangan vaksin virus corona, tidak hanya dari luar negeri, tetapi juga dari dalam negeri. 

Presiden Joko Widodo melalui akun Twitternya mengungkapkan bahwa Indonesia akan segera menggelar uji coba vaksin tahap ketiga. Jika berhasil, maka Bio Farma akan memproduksi vaksin dengan kapasitas 100 juta dosis per tahun.

Holding BUMN farmasi, PT Bio Farma (Persero) menyatakan telah menyiapkan fasilitas produksi untuk memulai memproduksi vaksin Covid-19 yang akan dimulai pada kuartal I-2020, dengan catatan jika vaksin tersebut dinyatakan lolos uji klinis tahap ketiga.

Uji klinis tahap ketiga ini dilakukan di dalam negeri dan akan mulai pada Agustus 2020 mendatang. Vaksin tersebut memberikan harapan hidup akan kembali normal, roda bisnis kembali berputar dan perekonomian bangkit dari kemerosotan akibat pandemi Covid-19.

Selain itu BI yang mengindikasikan tidak akan lagi menurunkan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate, juga menjadi sentimen positif bagi rupiah. Kamis pekan lalu, BI hari ini memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4%. Dengan demikian, sepanjang tahun ini BI sudah memangkas suku bunga sebanyak 4 kali masing-masing 25 bps.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Youtube Resmi Bank Indonesia, Kamis (16/7/2020).

"Keputusan ini juga mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan tetap menjaga terkendalinya inflasi dan stabilitas nilai tukar," kata Perry.

Sempat muncul ekspektasi di pasar jika BI akan kembali memangkas suku bunga, melihat rendahnya inflasi serta defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang membaik.

Ketika suku bunga dipangkas, maka yield Surat Berharga Negara (SBN) berpeluang menurun, sehingga daya tarik investasi di dalam negeri menjadi meredup, aliran modal seret, dan rupiah kekurangan "bensin". Tetapi, nyatanya BI memberikan indikasi tidak akan memangkas suku bunga lagi.

Gubernur Perry saat ditanya peluang suku bunga kembali diturunkan memberikan pernyataan berbeda. Pada RDG bulan lalu, Perry mengatakan masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga, tetapi kali ini ia menyebut tergantung dari data-data ekonomi.

"Bagaimana kebijakan suku bunga ke depan, akan kita lihat bagaimana pola pemulihan ekonomi dan dampaknya ke inflasi. Masa-masa pandemi Covid-19 kita harus sering cermati data terbaru untuk merespon suku bunga" kata Perry.

Selain itu, Perry menekankan dalam kondisi saat ini pemulihan ekonomi lebih efektif melalui jalur kuantitas, yaitu bagaimana dari aspek likuiditas dan pendanaan, seperti quantitative easing yang sudah dilakukan BI.

Pernyataan tersebut memberikan gambaran BI mungkin tidak akan menurunkan suku bunga lagi di tahun ini. Dengan demikian, masih ada selisih suku bunga acuan yang cukup besar, antara Indonesia dengan Eropa, suku bunga bank sentral Eropa (ECB) saat ini 0%, sementara bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) 0,1%.

Sehingga imbal hasil yang didapat dari investasi di dalam negeri tentunya lebih besar, yang membuat aliran modal masuk ke dalam negeri ketika sentimen membaik, dan menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Melemah Lawan Dolar AS, tapi Ada Kabar Baik buat Rupiah nih!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular