Deretan IPO Jumbo di Dunia, Aramco & Alibaba Masih Jawara

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan fintech asal China, Ant Group, yang juga anak usaha Alibaba yang didirikan miliarder Jack Ma, telah memulai proses penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) secara bersamaan (dual listing) sekaligus yakni di Bursa Shanghai dan Bursa Hong Kong.
IPO induk usaha Alipay ini digadang-gadang akan menjadi penawaran umum saham terbesar di dunia, bakal melampaui raihan dana dari raksasa migas asal Arab Saudi, Saudi Aramco ketika IPO.
BUMN minyak asal Arab Saudi, Saudi Aramco meraup dana US$ 25,6 miliar atau Rp 358 triliun, melalui penawaran umum saham perdana pada 11 Desember 2019 di Bursa Tadawul, Saudi.
Ditambah dengan saham tambahan (greenshoe), maka Aramco meraih dana IPO US$ 29,4 miliar atau setara dengan Rp 412 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$%), terbesar di dunia dan mengalahkan IPO Alibaba pada September 2014 yang berhasil meraih US$ 25 miliar atau Rp 350 miliar.
Induk Ant Group, Alibaba, telah lebih dulu melakukan IPO pada tahun 2014 di NYSE, AS, tepatnya pada 19 September. Kemudian melakukan secondary listing di Bursa Hong Kong pada 15 November 2019. Di Hong Kong, pada IPO keduanya, lagi-lagi Alibaba mencetak rekor tahun lalu dengan melampaui IPO Uber di Mei 2019 yakni US$ 8,1 miliar atau Rp 113 triliun, dengan meraih dana IPO US$ 11,2 miliar atau Rp 157 triliun.
Sebelumnya IPO Alibaba mematahkan IPO terbesar di dunia yang dicetak Bank Pertanian China (Agricultural Bank of China) yang memperoleh US$ 22,1 miliar pada debut perdana di bursa saham Hong Kong di 2010.
IPO Terbesar Sejak 1998
1. Saudi Aramco (2019), Tadawul, US$ 26 miliar
2. Alibaba (2014), NYSE, US$ 25 miliar
3. SoftBank Corp (2018), Tokyo, US$ 23,5 miliar
4.Agricultural Bank of China/ABC (2010), HK, US$ 22,1 miliar
5. ICBC (2006), Shanghai, HK, US$ 21,9 miliar
6. GM (2010), NYSE, Toronto, US$ 20,1 miliar
7. Visa (2008), NYSE, sebesar US$ 17,9 miliar
8. AIA (2010), HK, sebesar US$ 17,8 miliar
9. NTT Docomo (1998), Tokyo, US$ 17,95 miliar
10. Enel (1999), Milan, sebesar US$ 17 miliar
11. Facebook (2012), Nasdaq, US$ 16 miliar
Sumber: NYSE, CNBC, publikasi media
Terkait dengan IPO Ant Group, sumber Bloomberg menyebutkan nilai valuasi Ant Group sebetulnya sudah lebih bernilai tinggi daripada kebanyakan perusahaan di bursa Wall Street AS.
Bahkan, jika kondisinya menguntungkan, Ant Group berpotensi meningkatkan nilai IPO-nya, mematahkan rekor US$ 29 miliar atau Rp 406 triliun yang diraih Saudi Aramco, perusahaan migas asal Arab Saudi saat pencatatan perdana.
Apalagi saat ini Ant sudah mempercepat evolusinya menjadi semacam mal online untuk segala hal, mulai dari pinjaman dan layanan perjalanan hingga pengiriman makanan. Alipay kini dianggap lebih dari sekadar penyedia layanan keuangan dan gerbang pembayaran untuk platform e-commerce terbesar di dunia.
Sebab itu, untuk menumbuhkan jangkauan Ant di Asia, Ant Group telah bekerja dengan penyedia pembayaran digital di India dan Thailand.
Beberapa sumber tersebut menyebutkan, Ant Group sudah menunjuk China International Capital Corp, Citigroup Inc., JPMorgan Chase & Co. dan Morgan Stanley untuk membantu penawaran umum di Hong Kong, dan berpotensi mengumpulkan dana IPO sekitar US$ 10 miliar atau Rp 140 triliun.
"Meskipun memiliki banyak modal, tapi [kami] tidak yakin bagaimana investor akan melihat Ant Group karena ada banyak saham teknologi di pasar," kata Pamela Chung, Direktur Pelaksana dan Kepala Bidang IPO di Tricor Group, lembaga konsultan yang berbasis di Hong Kong.
Manajemen Ant Group menyatakan bahwa induk usaha Alipay ini akan tercatat di papan STAR di Bursa Shanghai dan di Bursa Hong Kong. Papan Star atau Star Market (Science and Technology Innovation Board) adalah papan baru untuk perusahaan rintisan teknologi yang ingin IPO di Bursa China (mirip papan perdagangan teknologi di Bursa Nasdaq).
Pencatatan ganda atau dual listing ini akan membantu rencana Ant Group dalam mempercepat rencana digitalisasi industri jasa di China.
"Menjadi perusahaan publik akan meningkatkan transparansi bagi para pemangku kepentingan kami, termasuk pelanggan, mitra bisnis, karyawan, pemegang saham, dan regulator," kata CEO Ant Group, Eric Jing, dalam sebuah pernyataan, dilansir CNBC International, Selasa (21/7/2020).
"Melalui komitmen kami untuk melayani yang kurang terlayani, [kehadiran] kami memungkinkan seluruh masyarakat untuk berbagi pertumbuhan [bisnis] kami," katanya.
Ant Group, sebelumnya dikenal sebagai Ant Financial, tidak mengungkapkan berapa banyak dana yang ingin dicari dalam dual listing atau kapan perusahaan tepatnya akan tercatat di bursa efek.
Ant dikenal sebagai perusahaan di balik dompet ponsel Alipay, yang bersama-sama dengan WeChat Pay milik Tencent telah menjadi alternatif yang sangat populer bagi masyarakat di China untuk mendapatkan uang tunai. Ant Group juga menjadi perusahaan "unicorn" terbesar di dunia, dengan penilaian atau valuasi perusahaan yang dilaporkan mencapai US$ 150 miliar atau setara dengan Rp 2.100 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Perusahaan ini juga berpotensi menjadi salah satu IPO terbesar di tahun 2020, di tengah pandemi Covid-19. Perusahaan itu dilaporkan bakal memiliki valuasi hingga US$ 200 miliar atau Rp 2.800 triliun.
[Gambas:Video CNBC]
Gokil! Bidik Rp 518 T, IPO Ant Group Jadi Terbesar di Dunia!
(tas/tas)