Sentimen Pasar Pekan Depan

Bukan Menakuti! Kasus Corona RI Bisa Peluang Salip China Lho

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 July 2020 15:29
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Setelah melalui pekan yang lumayan oke, bagaimana situasi pasar pekan depan? Sentimen apa saja yang perlu dicermati oleh investor?

Pekan depan, akan ada sejumlah rilis data di dalam negeri yang menarik untuk disimak. Pada 15 Juli 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data perdagangan internasional periode Juni 2020.

Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan median ekspor terkontraksi (tumbuh negatif) 7,175% secara year-on-year (YoY). Sedangkan impor diperkirakan terkontraksi -10,415% YoY dan neraca perdagangan surplus US$ 842,05 miliar.

Jika realisasinya nanti sesuai perkiraan, maka ekspor dan impor akan membaik ketimbang Mei. Kala itu, ekspor terkontraksi sampai 28,95% YoY dan impor ambles 42,2% YoY. Meski pada Juni masih negatif, tetapi jauh lebih landai.

Oleh karena itu, rasanya sinyal kebangkitan ekonomi Indonesia akan semakin terlihat. Sebelumnya, berbagai data mulai dari Purchasing Managers' Index (PMI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), sampai penjualan ritel menunjukkan perbaikan.

Data kedua yang juga dirilis pekan depan adalah suku bunga acuan. Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Juli 2020 pada 15-16 Juli.

Ada kemungkinan Gubernur Perry Warjiyo dan kolega kembali menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4%. Setidaknya ada dua alasan suku bung acuan bisa diturunkan lebih lanjut.

Pertama, tekanan inflasi nyaris tidak ada. Pada Juni, BPS melaporkan inflasi domestik sebesar 1,96% YoY. Melambat dibandingkan Mei yang sebesar 2,19% YoY.

Bahkan pada Juli pun inflasi sepertinya masih amat 'jinak'. Survei Pemantauan Harga (SPH) BI pada pekan kedua memperkirakan inflasi Juli akan sebesar 1,69% YoY. Kembali melambat dibandingkan Juni.

Alasan kedua, neraca perdagangan Juni yang diperkirakan surplus membuat pencapaian sepanjang kuartal II-2020 rasanya bisa positif. Surplus neraca perdagangan akan membantu meringankan beban transaksi berjalan (current account), yang menjadi fondasi penting bagi rupiah.

Minimnya tekanan inflasi plus perbaikan defisit transaksi berjalan membuat BI punya ruang untuk kembali menurunkan suku bunga acuan. MH Thamrin belum perlu terlalu cemas terhadap inflasi dan rupiah, sehingga bisa lebih berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular