Stok Negeri Jiran Diramal Turun, Harga CPO Lompat Nyaris 1,5%

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 July 2020 11:18
CPO
Foto: Antara Foto/Akbar Tado/via REUTERS

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) mengalami penguatan hari ini, Senin (6/7/2020). Harapan turunnya stok di bulan Juni menjadi sentimen pengerek harga minyak nabati ini.

Pada 10.17 WIB harga CPO untuk kontrak pengiriman September di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) mengalami penguatan 1,48% ke RM 2.393/ton. Harga CPO kian dekati level psikologis RM 2.400/ton.

Menurut kajian yang dilakukan oleh CGS-CIMB stok pada bulan Juni diperkirakan mengalami penurunan. "Stok minyak sawit Malaysia di akhir Juni kemungkinan turun 2% menjadi 1,99 juta ton dari bulan sebelumnya karena kenaikan ekspor" kata Ivy Ng kepala riset perkebunan regional CGS-CIMB, dalam sebuah catatan, mengutip Reuters.

Mengacu pada hasil survei Societe Generale de Surveilance, ekspor minyak sawit Negeri Jiran pada bulan Juni naik 21,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor minyak sawit Malaysia bulan lalu tercatat mencapai 1.510.023 ton, sementara pada bulan Mei ekspornya tercatat sebesar 1.246.988 ton.

Ekspor minyak sawit dan produknya ke Eropa mengalami sedikit kenaikan sebesar 0,8% secara month on month (mom). Sementara ekspor ke China (+29,4% mom), Pakistan (+24,8% mom), AS (+35,6% mom) dan India (+254% mom) melonjak. Ekspor ke India mengalami lonjakan yang paling signifikan hampir 4 kali lipat.

Kenaikan ekspor meski tidak sebanyak yang diperkirakan pasar tetap mengindikasikan adanya perbaikan permintaan seiring dengan pembukaan kembali ekonomi di banyak negara terutama dari negara-negara konsumen minyak nabati.

Stabilnya harga minyak di rentang atas sejak anjlok signifikan pada bulan Maret juga menjadi penopang kenaikan harga CPO. Naiknya harga minyak dapat memicu permintaan biodiesel dari minyak nabati meningkat sehingga membuat harga CPO ikut terangkat.

Namun ada yang perlu diwaspadai untuk saat ini. Lonjakan kasus baru infeksi virus corona terus mencatatkan rekor. WHO melaporkan pada Sabtu pekan lalu (4/7/2020) ada tambahan lebih dari 200 ribu kasus secara global dalam kurun waktu 24 jam. 

Reuters mencatat ada 15 negara bagian Amerika Serikat (AS) yang mencetak rekor pertambahan jumlah kasus yang tinggi pada empat hari awal bulan Juli. Kini jumlah orang yang terinfeksi virus corona di AS hampir mencapai 3 juta dan nyaris 130 ribu nyawa melayang. 

Sementara itu secara global total kasus kumulatif sejak pertama kali dilaporkan di Wuhan, China bagian tengah kini sudah mencapai nyaris 11,5 juta orang. Tak kurang dari 533 ribu orang di dunia nyawanya terenggut oleh virus ganas ini. 

WHO pun sempat merekomendasikan penerapan lockdown kembali untuk negara-negara yang melaporkan adanya pertambahan kasus secara signifikan. Lockdown pada dasarnya membuat pelaku pasar alergi. 

Pasalnya konsekuensi lockdown adalah ekonomi yang mati suri akibat pukulan ganda dari disrupsi rantai pasok dan pelemahan permintaan. Jika lockdown kembali diterapkan dengan masif, maka prospek ekonomi akan jadi kian suram. 

Permintaan terhadap komoditas pun kian tertekan. Alhasil harganya bisa kembali berguguran.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banjir Kabar Baik, Harga CPO Melesat 2% Lebih di Awal Pekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular