Loyo Lawan Dolar AS, Rupiah Malah Menguat vs Mata Uang Eropa

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 July 2020 19:49
An employee shows fifty-euro notes in a bank in Sarajevo, March 19, 2012. REUTERS/Dado Ruvic)
Foto: Mata uang Euro (REUTERS/Dado Ruvic)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (1/7/2020). Namun melawan mata uang Eropa, rupiah justru mampu menguat.

Pada pukul 18:18 WIB, rupiah menguat 0,22% ke Rp 15.889,96/EUR di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di saat yang sama, rupiah menguat tipis 0,05% melawan poundsterling di Rp 17.572,9/GBP.

Mata uang 19 negara ini masih tetap melemah meski Spanyol dan Portugal membuka kembali perbatasannya hari ini, setelah ditutup selama 3 bulan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Reuters melaporkan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dan Perdana Menteri Portugal Antonio Costa membuka kembali perbatasan kedua negara tersebut, ditemani oleh Raja Spanyol Felipe dan Presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa. "Ini adalah reuni antara tetangga, yang merupakan saudara dan sahabat" ujar PM Costa melalui akun Twitternya.

Dibukanya kembali perbatasan kedua negara itu tentunya akan memutar kembali roda bisnis yang dapat membangkitkan perekonomian. Sementara itu, Inggris terus melonggarkan kebijakan karantina wilayah (lockdown), di mana pub, restoran, dan bar diizinkan beroperasi kembali pada 4 Juli.

Roda perekonomian yang berputar tidak serta-merta membuat mata uang Eropa menguat. Ada faktor lain yang membebani kinerja dua mata uang ini, yakni keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan Brexit.

Inggris saat ini dalam masa transisi hingga 31 Desember nanti untuk keluar dari Uni Eropa. Kedua belah pihak sedang melakukan negosiasi untuk hubungan dagang setelah masa transisi berakhir. Jika sampai 31 Desember nanti tidak ada kesepakatan, maka Inggris akan keluar dari pasar tunggal, artinya akan ada tarif ekspor-impor yang akan dikenakan.

Jika hal ini sampai terjadi, maka perekonomian Inggris terancam merosot lebih dalam. "Melonggarkan lockdown tidak akan merubah penggerak utama poundsterling, yakni ketidakpastian kesepakatan dagang antara Inggris dengan Uni Eropa," tulis ahli strategi ING, dilansir Reuters.

Tidak hanya poundsterling, euro juga akan tertekan seandainya kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan. Pemulihan ekonomi Eropa selain Inggris juga pasti akan terganggu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Melemah Lawan Dolar AS, tapi Ada Kabar Baik buat Rupiah nih!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular