Ramai-ramai Rights Issue Jumbo, Investor Saham Harus Ngapain?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
24 June 2020 16:10
Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah pandemi Covid-19, sejumlah korporasi besar yang melakukan aksi korporasi melalui penambahan modal dengan menerbitkan saham baru baik melalui skema rights issue (hak memesan efek terlebih dahulu/HMETD) maupun private placement (non-HMETD).

Analis menilai, skema penghimpunan dana di pasar modal ini dilakukan sejumlah emiten sebagai strategi mengurangi tekanan bunga ketimbang meminjam dana dari perbankan.

CNBC Indonesia mencatat, ada beberapa korporasi besar yang akan melaksanakan Penambahan Modal Tanpa Melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHEMTD) atau private placement dan Penambahan Modal Melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHEMTD) atau rights issue.

Beberapa di antaranya yakni PT Ciputra Development Tbk (CTRA), MNC Group lewat PT MNC Studios International Tbk (MSIN) dan PT Bank Bukopin Tbk (BBKP).

Ada pula PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk. (MCOR) atau CCB Indonesia, PT Bank Mayapada Tbk (MAYA), PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) dan PT Acset Indonusa Tbk (ACST). Lalu ada emiten peternakan ayam, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) yang juga berencana menambah modal melalui rights issue dan PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA).

Direktur Utama CSA Institute, Aria Samata Santoso, mengatakan penghimpunan dana melalui pasar modal lebih dipilih oleh perusahaan besar untuk tetap mendukung kebutuhan likuiditas. Tidak hanya itu, kondisi likuiditas bank akan cukup ketat karena banyak melakukan restrukturisasi kredit.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 16 Juni 2020 mencatat, perbankan telah melakukan restrukturisasi kredit kepada 6,27 juta debitur dengan outstanding mencapai Rp 655,84 triliun.

"Landasan kebutuhan likuiditas emiten memilih rights issue adalah untuk tidak terbeban dengan bunga dari hutang lembaga keuangan, terlepas dari likuiditas dari perbankan," tutur Aria, saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (24/6/2020).

Ia merekomendasikan private placement maupun rights issue dari Ciputra Development dan Bank Bukopin. Pasalnya permintaan di sektor properti masih akan tumbuh positif dan Bank Bukopin mendapat peluang pertumbuhan bisnis dengan masuknya Kookmin Bank asal Korea Selatan.

Dengan demikian, aksi korporasi ini juga akan berdampak positif terhadap pergerakan harga saham CTRA maupun BBKP sehingga bisa menjadi kesempatan bagi investor saham untuk berinvestasi.

"Kondisi emiten saat ini juga cukup baik untuk landasan perkembangan bisnis selanjutnya," tuturnya.

Sementara itu, Head of Research PT Samuel Sekuritas, Suria Dharma berpendapat, emiten melakukan penghimpunan dana melalui pasar modal untuk berbagai kepentingan, antara lain sebagai tambahan modal untuk memperkuat perusahaan. Pasalnya, dalam situasi pandemi, bank akan cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit baru untuk memitigasi risiko meningkatnya kredit bermasalah.

"Di sisi lain pengajuan kredit saat ini lebih ketat karena banyaknya restrukturisasi kredit," katanya kepada CNBC Indonesia.

Sebagai informasi, induk bisnis properti Grup Ciputra, CTRA, berencana melakukan private placement dengan harga nominal sebesar Rp 250/saham.

Dalam PUT ini, perseroan akan menerbitkan saham baru tanpa HMETD sebanyak-banyaknya 1.853.569.525 (1,853 miliar) saham atau sebanyak-banyaknya 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan. Dengan asumsi harga rata-rata saham perseroan, CTRA berpeluang meraih dana Rp 1,21 triliun.

Selanjutnya, emiten di bawah Grup MNC milik taipan Hary Tanoesoedibjo, MNC Studios International akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 520.200.000 saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham melalui private placement. Nilai penerbitan saham baru itu setara dengan sebanyak-banyaknya 10% dari seluruh saham yang telah disetor penuh dalam perseroan.

Tidak ketinggalan, Bank Bukopin juga sedang mempersiapkan rencananya untuk melakukan penawaran umum terbatas (PUT) V dan VI untuk mencari investor baru.

Direktur Utama Bank Bukopin Rivan A. Purwantono mengatakan aksi korporasi ini telah direncanakan sejak awal 2020 dan akan segera dilaksanakan.

"Ini rencana aksi korporasi direncanakan sejak awal 2020, PUT V dan VI akan dilaksanakan. Kookmin nyatakan sebagai standby buyer [pembeli siaga] dan sudah nyatakan dalam escrow account. Sudah tanda tangan LoU yang menjadi bagian Kookmin minimal 51% di Bukopin," kata Rivan dalam wawancara dengan CNBC Indonesia.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cita Mineral Siap Gelar Rights Issue

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular