
Berburu Saham Murah LQ45, Deretan Saham Ini Layak Dikoleksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama sebulan terakhir, Indeks LQ45 berhasil membukukan kinerja yang sangat impresif. Mengacu data BEI, indeks yang memiliki konstituen 45 saham yang memiliki likuiditas yang paling tinggi dan fundamental yang baik ini berhasil naik 17,60% dalam 30 hari perdagangan terakhir.
Konstituen LQ45 manakah yang mencatatkan kenaikan signifikan pada periode ini?
Apakah sahamnya masih layak di koleksi? Simak tabel berikut.
Apresiasi yang paling besar dibukukan oleh saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang berhasil terapresiasi sebesar 40,91% selama sebulan terakhir hingga perdagangan sesi I, Rabu (24/6/2020).
Kenaikan ini wajar karena selama sebulan terakhir sektor perbankan memang sering mendapat sentimen positif, sejak harganya ambles akibat isu bank jangkar.
Sektor perbankan juga menjadi sektor sangat diuntungkan dengan pembukaan kembali perekonomian Jakarta dengan pemberlakuan masa transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Selain itu sektor ini juga diuntungkan karena merupakan sektor siklusyang artinya kinerja sektor ini bergantung pada siklus perekonomian saat itu, dimana ketika perekonomian membaik maka kinerja perusahaan tersebut akan menanjak juga, begitu pula sebaliknya.
Dengan dibukanya perekonomian kinerja sektor perbankan akan membaik karena dalam kondisi pelonggaran PSBB perusahaan-perusahaan secara umum sudah mulai beroperasi kembali dan mereka dapat membayar kewajibannya kepada perbankan dan tentunya non-performing loan (NPL) akan turun.
Terbaru, Kementerian Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 70/PMK.05/2020 tentang Penempatan Uang Negara pada Bank Umum Dalam Rangka Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Dalam PMK yang diundangkan pada 22 Juni 2020 ini disebutkan beberapa poin, mengenai penempatan uang pemerintah di bank umum sebagai bagian pengelolaan kelebihan kas. PMK ini tentunya kembali menjadi angin segar bagi sektor perbankan.
Akan tetapi untuk saham yang valuasinya masih murah sehingga masih layak untuk dikoleksi jatuh kepada PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).
Baik melalui metode valuasi harga saham dibandingkan dengan laba bersih perusahaan (PER/price to earnings ratio) maupun harga saham dibandingkan dengan nilai bukunya (PBV/price to book value) perusahaan yang bergerak di sektor tekstil ini memiliki valuasi yang termurah meskipun sudah naik sebanyak 30,41% selama sebulan terakhir.
SRIL memiliki PER sebesar 2,17 kali angka ini tentu jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri tekstil yang memiliki PER sebesar 18 kali.
Sedangkan PBV perusahaan yang bermarkas di Sukoharjo ini berada di angka 0,39 kali, angka ini juga jauh di bawah rata-rata industri tekstil yang memiliki PBV 0,39 kali.
Akan tetapi sektor tekstil terutama SRIL sendiri mengalami tantangan yang cukup berat di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi virus corona karena hasil produksi tekstil SRIL yang mayoritas di ekspor ke luar negeri.
Dengan memburuknya perekonomian global, tentunya ekspor SRIL akan menurun. Selain itu penguatan nilai tukar rupiah selama sebulan terakhir juga menjadi musuh perusahaan eksportir tekstil ini.
Pada sektor tekstil secara umum, gangguan produksi akibat PSBB juga menjadi permasalahan besar. Perusahaan terpaksa merumahkan karyawannya dan produksi tidak bisa berlanjut akan tetapi pengeluaran tarif listrik minimum dan maintenance alat-alat permesinan harus terus berjalan.
Selain itu penjualan dalam negeri juga babak belur karena tutupnya kawasan pasar tekstil seperti Tanah Abang selama pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000