
Terima Kasih Bu Sri Mulyani, IHSG Naik 1,75%

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (24/6/20) ditutup terbang 1,75% ke level 4.964,73. Langkah pemerintah menempatkan dana Rp 30 triliun di bank pemerintah, membuat empat saham bank pemerintah melesat.
Data perdagangan mencatat, investor asing kembali melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 11 miliar di pasar reguler hari ini akan tetapi kecilnya angka net sell asing hari ini ditopang oleh transaksi crossing alias tutup sendiri saham PT Sinarmas Multiartha Tbk (SMMA) dimana terjadi beli bersih asing yang dilakukan oleh Sinarmas Sekuritas (DH) sebagai pembeli dan penjual sebesar Rp 302 miliar.
Tercatat nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 9,7 triliun.
Saham yang paling banyak dilepas asing hari ini adalah dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 288 miliar dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan jual bersih sebesar Rp 124 miliar.
Berlawanan dengan gerak IHSG bursa di kawasan Asia juga terpantau mayoritas merah, Hang Seng Index di Bursa Hong Kong ambles sebesar 0,50%, Nikkei di Jepang terdepresiasi sebesar 0,07%, sedangkan STI Singapore juga turun 0,65%.
Sentimen positif dari dalam negeri hari ini datang dari Kementerian Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 70/PMK.05/2020 tentang Penempatan Uang Negara pada Bank Umum Dalam Rangka Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Melalui aturan ini, empat Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Himbara resmi mendapatkan kepercayaan penempatan dana dari pemerintah sebesar Rp 30 triliun sejalan dengan terbitnya aturan baru dari Menteri Keuangan Sri Mulyani berkaitan dengan bantuan likuiditas perbankan.
"Menkeu akan menempatkan uang negara pada bank umum dan untuk tahap ini bank milik pemerintah," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers, Rabu (24/6/2020).
Sementara itu sentimen positif dari pasar global datang dari bursa saham New York, tiga indeks utama ditutup menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,5%, S&P 500 bertambah 0,43%, dan Nasdaq Composite terangkat 0,74%.
Investor merespons positif pernyataan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence 'Larry' Kudlow. Dalam wawancara bersama CNBC, Kudlow menyebut bahwa tidak ada gelombang serangan kedua (second wave outbreak) virus corona di AS.
"Memang ada beberapa hotspot, kami terus menanganinya dan kami sekarang tahu caranya. Kita sudah bertahan dan melalui musim dingin, tidak ada second wave yang bakal datang," tegas Kudlow.
Selain itu, investor juga menyambut gembira rencana paket stimulus fiskal tambahan. Kubu Partai Demokrat di House of Representatives (salah satu kamar di parlemen AS) menyampaikan proposal stimulus infrastruktur senilai US$ 1,5 triliun (Rp 21.214,75 triliun dengan kurs saat ini). Stimulus ini mencakup pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, energi, sekolah dan berbagai proyek lain.
Data terbaru di AS juga memberikan optimisme akan pemulihan ekonomi. Penjualan rumah baru pada Mei 2020 melonjak 16,6% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 676.000 unit. Jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan pertumbuhan 2,9%.
"Berbagai data ekonomi terbaru memberi harapan bahwa pemulihan ekonomi akan berlangsung cepat. Mungkin bisa membentuk pola V-Shape," kata Mark Luschini, Chief Investment Strategist di Janney Montgomery Scott yang berbasis di Philadelphia, seperti dikutip dari Reuters.
Sementara itu data pembacaan awal Purchasing Managers' Index (PMI) periode Juni 2020 di berbagai negara menunjukkan sepertinya tanda-tanda kebangkitan ekonomi terlihat semakin nyata. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula, di atas 50 berarti dunia usaha optimistis dan siap melakukan ekspansi.
Pembacaan awal PMI manufaktur Australia untuk Juni 2020 ada di 49,8. Masih di bawah 50, tetapi sudah sangat dekat. Angka 49,8 juga membaik ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 44.
Di Prancis, PMI manufaktur Juni 2020 sepertinya berada di 52,1. Sudah masuk zona optimistis, dan melonjak dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 40,6.
Lalu di Jerman, proyeksi PMI manufaktur Juni 2020 adalah 44,6, naik dibandingkan bulan sebelumnya yakni 36,6. Sementara PMI manufaktur Zona Euro pada Juni 2020 diprediksi 46,9, jauh di atas bulan sebelumnya yang berada di 39.4.
Kemudian di Inggris, pembacaan awal PMI manufaktur Juni 2020 adalah 50,1. Seperti halnya di Prancis, industriawan Negeri John Bull juga sudah siap 'menyeruduk'. Terjadi kenaikan tajam dibandingkan Mei 2020 yang sebesar 40,7.
Terakhir di AS. Pembacaan awal PMI manufaktur AS untuk Juni 2020 adalah 49,6, sudah sangat dekat dengan angka 50, Juga naik signifikan dibandingkan Mei 2020 yang sebesar 39,8.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000