Newsletter

Mau Ekonomi Bangkit Semester II-2020? Syaratnya Gampang Kok

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 June 2020 05:59
Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup variatif pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah, sementara nilai tukar rupiah stagnan saja.

Kemarin, IHSG finis dengan koreksi 0,81%. Koreksi ini terjadi di tengah indeks saham Asia yang sebagian besar hijau, seperti Shanghai Composite (0,18%), Hang Seng (1,82%), Nikkei 225 (0,5%), dan Straits Times (0,2%).

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di Rp 14.110/US$ di perdagangan pasar spot. Rupiah nyaris seharian melemah, baru bis keluar dari zona merah jelang akhir perdagangan.

Kemarin adalah hari yang aneh. Hampir seharian investor di pasar keuangan Asia panik gara-gara pernyataan Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih.

Navarro mengungkapkan bahwa perjanjian damai dagang AS-China sudah selesai. Pada pertengahan Januari lalu, AS-China sudah meneken kesepakatan dagang fase I di Washington. Namun dengan pernyataan Navarro, sepertinya tidak akan ada fase-fase berikutnya.

"Sudah selesai. Mereka mengirimkan ratusan orang ke negara ini untuk menyebarkan virus. Beberapa menit setelah pesawat mereka lepas landas untuk kembali ke negaranya, saat itulah kami mulai mendengar soal pandemi ini," tegas Navarro dalam wawancara dengan Fox, seperti dikutip dari Reuters.

Washington sepertinya masih gondok dan menyalahkan China atas penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Negeri Adidaya. Bahkan Navarro sampai berteori para delegasi China yang hadir dalam penandatanganan perjanjian damai dagang fase I menjadi biang keladi penularan virus corona.

Ini membuat bursa saham dan valas di Asia ramai-ramai melemah. Namun kemudian pelemahan itu menipis saat Navarro memberikan klarifikasi.

"Pernyataan saya diartikan di luar konteks. Pernyataan itu tidak terkait dengan kesepakatan fase I, kesepakatan itu masih dipatuhi. Saya berbicara soal berkurangnya kepercayaan kami terhadap Partai Komunis China setelah mereka berbohong tentang asal mula virus dan menyebar pandemi ke seluruh dunia," kata Navarro, seperti diberikan CNBC International.

Klarifikasi tersebut membuat koreksi di pasar saham dan valas Asia menipis, bahkan kemudian berbalik menjadi penguatan. Namun IHSG dan rupiah agak terlambat dan kehabisan waktu sehingga tidak mampu menyeberang ke zona hijau.

Beralih ke bursa saham New York, tiga indeks utama ditutup menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,5%, S&P 500 bertambah 0,43%, dan Nasdaq Composite terangkat 0,74%.

Investor merespons positif pernyataan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence 'Larry' Kudlow. Dalam wawancara bersama CNBC, Kudlow menyebut bahwa tidak ada gelombang serangan kedua (second wave outbreak) virus corona di AS.

"Memang ada beberapa hotspot, kami terus menanganinya dan kami sekarang tahu caranya. Kita sudah bertahan dan melalui musim dingin, tidak ada second wave yang bakal datang," tegas Kudlow.

Selain itu, investor juga menyambut gembira rencana paket stimulus fiskal tambahan. Kubu Partai Demokrat di House of Representatives (salah satu kamar di parlemen AS) menyampaikan proposal stimulus infrastruktur senilai US$ 1,5 triliun (Rp 21.214,75 triliun dengan kurs saat ini). Stimulus ini mencakup pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, energi, sekolah dan berbagai proyek lain.

Pembahasan akan segera dimulai, dan kalau lancar akan disahkan dalam beberapa pekan ke depan. Ketua House of Representaives Nance Pelosi mengungkapkan akan memperjuangkan pengesahan proposal ini sebelum reses pada 4 Juli.

Kemungkinan stimulus ini akan digolkan dengan mulus. Pasalnya, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin memberi petunjuk bahwa paket stimulus berikutnya akan fokus untuk membuat orang-orang kembali bekerja. Apalagi yang bisa membuat orang-orang kembali bekerja selain pembangunan infrastruktur?

Data terbaru di AS juga memberikan optimisme akan pemulihan ekonomi. Penjualan rumah baru pada Mei 2020 melonjak 16,6% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 676.000 unit. Jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan pertumbuhan 2,9%.

"Berbagai data ekonomi terbaru memberi harapan bahwa pemulihan ekonomi akan berlangsung cepat. Mungkin bisa membentuk pola V-Shape," kata Mark Luschini, Chief Investment Strategist di Janney Montgomery Scott yang berbasis di Philadelphia, seperti dikutip dari Reuters.

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang positif. Semoga optimisme di New York bisa menular ke Asia, termasuk Indonesia.

Kedua adalah perkembangan penyabaran virus corona. Ada perkembangan positif, terjadi perlambatan kasus corona secara global.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona per 23 Juni adalah 8.993.659 orang. Bertambah 133.328 orang (1,5%) dibandingkan sehari sebelumnya. Melambat dibandingkan kenaikan pada 22 Juni yaitu 152.323 orang (1,75%).

Namun di Indonesia, penyebaran virus yang bermula di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini malah terakselerasi. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan, jumlah pasien positif corona per 23 Juni adalah 47.896. Bertambah 1.051 orang (2,24%) dibandingkan hari sebelumnya. Lebih tinggi dibandingkan kenaikan 22 Juni yaitu 954 orang (2,08).

Oleh karena itu, penyebaran virus corona di Tanah Air masih tinggi. Kurva kasus corona domestik belum melandai, yang ada malah melengkung ke atas.

Jadi investor masih harus waspada. Bukan tidak mungkin puncak pandemi virus corona di Indonesia belum terlihat dalam waktu dekat, sehingga mengganggu proses pemulihan ekonomi.

Sentimen ketiga, sepertinya tanda-tanda kebangkitan ekonomi terlihat semakin nyata. Ini dibuktikan oleh data pembacaan awal Purchasing Managers' Index (PMI) periode Juni 2020 di berbagai negara. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula, di atas 50 berarti dunia usaha optimistis dan siap melakukan ekspansi.

Pembacaan awal PMI manufaktur Australia untuk Juni 2020 ada di 49,8. Masih di bawah 50, tetapi sudah sangat dekat. Angka 49,8 juga membaik ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 44.

Di Prancis, PMI manufaktur Juni 2020 sepertinya berada di 52,1. Sudah masuk zona optimistis, dan melonjak dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 40,6.

Lalu di Jerman, proyeksi PMI manufaktur Juni 2020 adalah 44,6, naik dibandingkan bulan sebelumnya yakni 36,6. Sementara PMI manufaktur Zona Euro pada Juni 2020 diprediksi 46,9, jauh di atas bulan sebelumnya yang berada di 39.4.

Kemudian di Inggris, pembacaan awal PMI manufaktur Juni 2020 adalah 50,1. Seperti halnya di Prancis, industriawan Negeri John Bull juga sudah siap 'menyeruduk'. Terjadi kenaikan tajam dibandingkan Mei 2020 yang sebesar 40,7. T

erakhir di AS. Pembacaan awal PMI manufaktur AS untuk Juni 2020 adalah 49,6, sudah sangat dekat dengan angka 50, Juga naik signifikan dibandingkan Mei 2020 yang sebesar 39,8.

Data PMI tersebut memberi gambaran bahwa sepertinya titik nadir sudah dilalui, the worst is (likely) over. Ke depan, asal tidak ada second wave outbreak yang membikin aktivitas masyarakat kembali 'dikunci', kemungkinan PMI untuk terus membaik cukup tinggi. Dunia usaha sudah pulih dan siap membuka lapangan kerja, semua bahagia.

Oleh karena itu, jangan membuang harapan bahwa kita bisa pulih pada paruh kedua 2020. Harapan itu masih ada, dan masih cukup tinggi. Syaratnya gampang, rajin pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak.

Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

1. Badan Anggaran DPR menggelar Rapat Kerja dengan Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Gubernur Bank Indonesia untuk membahas pembicaraan pendahuluan RAPBN dan RKP 2021 (10:00 WIB)

2. Rilis notula rapat Bank Sentral Jepang periode Juni 2020 (06:50 WIB).

3. Rilis data indeks keyakinan bisnis Prancis periode Juni 2020 (13:45 WIB).

4. Rilis data indeks iklim bisnis Jerman periode Juni 2020 (15:00 WIB).

5. Rilis data stok minyak AS periode pekan yang berakhir 19 Juni (21:30 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal I-2020 YoY)

2,97%

Inflasi (Mei 2020 YoY)

2,19%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Juni 2020)

4,25%

Surplus/defisit anggaran (Perpres No 54/2020)

-5,07% PDB

Surplus/defisit transaksi berjalan (kuartal I-2020)

-1,42% PDB

Surplus/defisit Neraca Pembayaran Indonesia (kuartal I-2020)

-US$ 8,54 miliar

Cadangan devisa (Mei 2020)

US$ 130,54 miliar

 

Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular