Sinarmas Mau Beli Bank China, Hingga RUPS Bukopin Hari Ini

Monica Wareza, CNBC Indonesia
18 June 2020 08:28
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (17/6/20) ditutup naik tipis 0,03% ke level 4.987,77 gagal finis di atas level psikologis 5.000.

Data perdagangan mencatat, investor asing kembali melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 641 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi menyentuh Rp 8,5 triliun.

Gerak volatil IHSG hari ini diakibatkan oleh bercampurnya sentimen di pasar global seperti sentimen negatif yang datang dari Lembaga moneter internasional yang memperkirakan perekonomian global pada 2020 berpeluang terkontraksi lebih buruk dari perkiraan semula. Krisis kali ini, menurut Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath, adalah semacam Pengurungan Akbar (Great Lockdown) yang tak pernah dilihat dunia sebelumnya.

Kemudian sentimen negatif lain juga datang dari Beijing di China yang menerapkan pembatasan perjalanan warganya, menyusul munculnya 106 kasus baru Covid-19 di wilayah tersebut. Sumber penyebaran disinyalir dari pasar grosir Xinfadi, di mana ribuan orang bertransaksi setiap harinya. Sebanyak 27 distrik dinyatakan sebagai wilayah dengan risiko menengah.

Selain kabar tersebut, simak juga peristiwa emiten yang terjadi sepanjang perdagangan kemarin.

1. Morgan Stanley Sarankan Borong Saham RI, Ini Alasannya

Bank investasi global Morgan Stanley (MS) dalam kajian strategi terbarunya memberikan rating Overweight (OW) saham-saham RI. Dalam laporannya, MS memperkirakan ekonomi Indonesia bisa pulih ke level sebelum krisis pada kuartal I-2021.

Dengan mempertimbangkan dampak dari pandemi corona yang saat ini masih merebak bank investasi asal Amerika Serikat (AS) itu memberikan rating Under-Weight (UW) untuk saham-saham di negara emerging market.

2. Wow! Grup Sinarmas Mau Beli Saham Bank China Senilai Rp 3,2 T

Grup usaha Sinar Mas, PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA) akan menjadi salah satu pemegang saham PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk. (MCOR) atau CCB Indonesia, setelah menjadi pembeli siaga (standby buyer) dari penerbitan saham baru melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue CCB Indonesia.

Dalam prospektus yang dipublikasikan perseroan Rabu ini (17/6/2020) CCB Indonesia akan menawarkan sebanyak 21.288.269.763 (21,28 miliar) saham baru dengan nilai nominal Rp 100/saham. Jumlah itu merupakan 56,14% dari jumlah saham yang beredar setelah Penawaran Umum Terbatas (PUT) V CCB Indonesia ini.

3. Giliran PT Timah Batal Buyback Saham Rp 100 M

Lagi-lagi emiten BUMN tidak merealisasikan pembelian kembali (buyback) saham perusahaan di pasar sekunder. Kali ini giliran PT Timah Tbk (TINS), setelah sebelumnya PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) tidak melaksanakan buyback sesuai dengan periode yang dijanjikan sekitar 3 bulan.

Dari narasi pernyataan tiga BUMN tersebut, sama semua yakni kondisi pandemi Covid-19 membuat fokus perusahaan untuk tetap menjaga arus kas alias cashflow sehingga tidak melakukan buyback pada periode tersebut.

4. Catat! Emiten Milik Sandiaga Uno Siap Bagi Dividen Rp 149 M

Emiten investasi milik pengusaha dan politisi Sandiaga S Uno, PT Saratoga Investama Sedaya tbk (SRTG) membagikan dividen tunai Rp 149,2 miliar atau setara 2% dari laba bersih perseroan untuk tahun buku 2019 senilai Rp 7,3 triliun.

Laba bersih Rp 7,3 triliun tahun lalu itu melesat dari periode yang sama tahun sebelumnya yang masih rugi bersih Rp 6,13 triliun. Dengan keputusan pembagian dividen ini, maka pemegang saham akan menerima dividen tunai sebesar Rp 55 per saham.

5. Menkeu Sebut RI Minus 3,1% di Q2, Bank Mandiri Ramal -3,4%

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tertekan cukup dalam pada periode kuartal II tahun ini. Bank BUMN ini memperkirakan, ekonomi Indonesia akan minus 3,4% pada kuartal kedua tahun ini, proyeksi ini sedikit lebih tinggi dari dari perkiraan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebesar 3,1%.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menuturkan, kinerja ekonomi pada kuartal kedua akan menjadi yang terberat di tahun ini sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

6. Wadirut BNI Dikabarkan Tak Lulus Fit & Proper, Ini Kata BUMN

Kementerian BUMN mulai angkat bicara mengenai kabar Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Anggoro Eko Cahyo yang tak lolos uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa pihaknya sedang membicarakan dengan OJK mengenai hasil fit and proper test Anggoro Eko Cahyo tersebut.

7. Besok RUPS, Kementerian BUMN Panggil Direksi Bukopin, Kenapa?

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baru-baru ini memanggil direksi PT Bank Bukopin Tbk (BBKP). Pertemuan tersebut dilakukan jelang pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjaatmadja mengatakan pertemuan tersebut ditujukan untuk memeriksa laporan keuangan bank ini sebagai bagian dari laporan anak usaha kepada pemegang sahamnya.

8. Dampak Positif Covid-19, Pemanfaatan IT Adhi Karya Capai 85%

PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mengatakan akibat pandemi virus corona justru ada peningkatan efektivitas sistem IT hingga 85%.

Direktur Utama ADHI, Entus Asnawi Mukhson menyebut dibanding tahun ini, pemanfaatan IT tahun-tahun sebelumnya terbilang berat. "Ada manfaat lain dari Covid-19 ini paling tidak penerapan dari IT luar biasa sampai 85%," ujarnya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Rabu (17/6/2020).

9. Baru 50%, BCA Hentikan Penerbitan Obligasi Berkelanjutan

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tak jadi merealisasikan rencana penerbitan obligasi subordinasinya yang direncanakannya sejak dua tahun lalu. Perusahaan hanya melakukan penerbitan setengah dari total nilai target surat utang yang akan diterbitkan tersebut.

Perusahaan memutuskan untuk menghentikan penawaran umum untuk surat utangnya yang akan habis masanya pada bulan ini. Penghentian ini dilakukan mengingat kondisi fundamental perusahaan yang saat ini dinilai masih baik dari sisi permodalan dan likuiditas.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laba Astra Drop 8% di Q1, Pizza Hut Tegaskan Tak Ada PHK

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular