Asing Lepas Rp 29 T, Morgan Stanley Sarankan Borong Saham RI

Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
18 June 2020 08:25
The corporate logo of financial firm Morgan Stanley is pictured on the company's world headquarters in the Manhattan borough of New York City, January 20, 2015. REUTERS/Mike Segar
Foto: Morgan Stanley (REUTERS/Mike Segar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (17/6/20) ditutup naik tipis 0,03% ke level 4.987,77 gagal finis di atas level psikologis 5.000. Padahal IHSG pada perdagangan pagi kemarin sempat menembus 5.018.

Data perdagangan mencatat, investor asing kembali melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 641 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 8,5 triliun.

Saham yang paling banyak dilepas asing adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan jual bersih sebesar Rp 153 miliar. Terpantau 193 saham harganya mengalami kenaikan, 212 saham harganya mengalami penurunan, dan 177 harganya stagnan.

Dalam sepekan terakhir, IHSG menguat 1,36%, sebulan naik 10,50% dan year to date IHSG terjerembab 21%. Asing keluar secara mingguan Rp 3,10 triliun di pasar reguler, sebulan net sell Rp 2,03 triliun dan year to date secara tahun berjalan investor asing melepas Rp 29 triliun.

Kendati demikian, bank investasi global Morgan Stanley (MS) dalam kajian strategi terbarunya memberikan rating Overweight (OW) saham-saham RI. Dalam laporannya, Morgan Stanley memperkirakan ekonomi Indonesia bisa pulih ke level sebelum krisis pada kuartal I-2021.

Dengan mempertimbangkan dampak dari pandemi corona yang saat ini masih merebak bank investasi asal Amerika Serikat (AS) itu memberikan rating Underweight (UW) untuk saham-saham di negara berkembang atau emerging market.

Untuk lingkup Asia/EM, Morgan Stanley lebih memilih saham-saham di bursa Jepang karena menawarkan Dividen per Saham (DPS) dan Laba per Saham (EPS) yang lebih defensif serta kuatnya neraca keuangan emiten-emiten Negeri Sakura.

Meskipun EM mendapat rating UW dari Morgan Stanley, Indonesia malah mendapatkan upgrade rating menjadi OW. Bersama Indonesia ada Yunani yang juga mendapat rating OW. Sementara itu pasar saham yang mendapat rating UW dari Morgan Stanley antara lain Arab Saudi, Mexico dan Rusia.

Bank investasi berbasis di New York ini juga menyoroti ekonomi Indonesia bisa pulih ke level sebelum krisis pada kuartal I-2020 dan termasuk ke dalam kelompok yang periode pemulihannya cepat di antara negara-negara Asi ex Japan (AxJ) lainnya.

Ekonomi Indonesia yang bertumpu pada konsumsi domestik dan proporsi ekspor yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan negara AxJ lainnya membuat ekonomi Indonesia bisa pulih lebih cepat karena kurang terpapar langsung terhadap resesi global. Namun proyeksi ini menggunakan asumsi jika wabah mencapai puncaknya pada kuartal kedua tahun ini.

Morgan Stanley juga menyoroti investasi di instrumen utang di Indonesia masih menawarkan yield (imbal hasil) yang menarik. Lebih lanjut Morgan Stanley memperkirakan posisi rupiah akan terus menguat di bawah Rp 14.000/US$ di tahun ini.

"Kami menaikkan Indonesia dan Yunani menjadi overweight bersama dengan pasar lainnya seperti China, Rusia, India, Brasil, dan Singapura. Namun kami masih underweight untuk Arab Saudi, Meksiko, dan Thailand. Indonesia menawarkan suku bunga riil ketiga tertinggi di antara negara-negara berkembang," sebut riset itu.

Overweight adalah rekomendasi yang berarti memperkirakan aset-aset investasi di negara tersebut bakal mengalami kenaikan yang bisa melebihi saham/aset lain yang menjadi patokanya.

Bukan tanpa alasan Morgan Stanley memberi apresiasi terhadap Indonesia. Morgan Stanley menilai ekonomi Indonesia bisa pulih dengan cepat dari 'badai' pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Menurut Morgan Stanley, Indonesia sudah bisa mencapai level pertumbuhan ekonomi pra-corona pada kuartal I-2020. Lebih cepat ketimbang negara-negara tetangga seperti Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada Selasa pekan ini mengungkapkan bahwa sepertinya ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 terkontraksi (tumbuh negatif) -3,1%. Namun kontraksi diperkirakan hanya terjadi pada satu kuartal, sehingga Indonesia masih bisa terhindar dari resesi.

"Resesi adalah pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut negatif. Kita kuartal I masih (tumbuh) 3%, kuartal II mungkin negatif, dan kuartal III pulih mendekati 0%. Technically nggak resesi," tegas Sri Mulyani.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alasan Morgan Stanley Turunkan Peringkat Saham RI Jadi Underweight

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular