Wall Street Tertekan Saham Migas, Cuma Nasdaq yang Hijau

tahir saleh, CNBC Indonesia
18 June 2020 07:35
A United States flag is reflected in the window of the Nasdaq studio, which displays indices and stocks down, in Times Square, New York, Monday, March 16, 2020. (AP Photo/Seth Wenig)
Foto: Studio Nasdaq, yang menampilkan indeks dan stok turun, di Times Square, New York, Senin, 16 Maret 2020. (Foto AP / Seth Wenig)AP/Seth Wenig

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Wall Street AS ditutup variatif dengan kecenderungan terkoreksi seiring dengan penurunan yang dialami dua indeks utama yakni Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan S&P 500.

Data perdagangan mencatat, pada penutupan Rabu dini hari (17/6/2020) atau Kamis pagi (18/6) waktu Indonesia, DJIA ditutup turun 0,65% di posisi 26.119, sementara S&P 500 juga minus 0,36% di level 3.113.

Hanya Indeks Nasdaq yang mengalami penguatan 0,15% di posisi 9.910. Saham-saham penopang penguatan di Nasdaq di antaranya Biomarin 4,55%, Activision 3,46%, NXP naik 3,08%, dan Lam Research 2,71%.

Sementara saham-saham yang membuat DJIA ditutup merah di antaranya saham Exxon Mobil minus 3,25%, Chevron 2,64%, dan Boeing Co 2,64%, dan JP Morgan 2,52%.

Padahal tadi malam bursa saham Amerika Serikat (AS) ini dibuka menguat menyusul kepercayaan diri investor bahwa ekonomi Negara Adidaya itu berada di jalur pemulihan dan tak terpengaruh kenaikan tensi ketegangan di Asia.

Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 47 poin (+0,2%) pada pembukaan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan 15 menit kemudian surut menjadi 38,04 poin (+0,14%) ke 26.328,02. Namun, indeks Nasdaq naik 67,58 poin (+0,68%) ke 9.963,45 dan S&P 500 tumbuh 6,15 poin (+0,2%) ke 3.130,89.

"Pasar terlihat yakin memilih berita bagus ketimbang berita buruk beberapa hari terakhir, dan kebijakan suportif seperti pembelian obligasi FOMC, harapan vaksin COV19 dan optimisme pembalikan ekonomi berbentuk V terlihat mendapat lebih banyak perhatian ketimbang tingkat kenaikan kasus COVID di Selatan/Barat," tutur Mark Newton, pendiri Newton Advisors, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Pada perdagangan Selasa kemarin, saham bursa AS menguat ditopang berita yang bullish, termasuk kenaikan historis penjualan ritel sebesar 17,7% pada Mei.

Sentimen juga terangkat oleh laporan Bloomberg bahwa Gedung Putih menyiapkan proposal infrastruktur senilai US$ 1 triliun (setara Rp 14,1 kuadriliun). Proyek yang digarap meliput jalan, jembatan, hingga infrastruktur teknologi komunikasi nirkabel 5G dan internet desa.

Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell memberikan testimoni semi-tahunan kepada Senat. Pengumuman bank sentral AS tersebut mengenai rencana pembelian obligasi swasta di pasar sekunder turut memacu penguatan Wall Street pada Selasa dan Rabu.

"Kami di The Fed perlu menjaga kaki kami tetap di atas gas sampai kami benar-benar yakin kita bisa melalui ini. Dan ini niat kami. Saya berfikir anda mungkin menemukan lebih banyak lagi yang bisa dilakukan," kata Jerome Powell kepada Kongres dilansir Reuters, Kamis (18/6/2020).

Namun, energi reli Wall Street agak terpangkas di tengah laporan bahwa Beijing akan meliburkan sekolah menyusul kenaikan lagi kasus virus corona. Sebanyak 2,1 juta penderita Covid-19 telah teridentifikasi di AS, dengan Arizona dan Texas melaporkan kenaikan kasus.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article "Hantu" Inflasi Gentayangan, Wall Street Dibuka Ambruk 1,3%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular