Analisis Teknikal

Gelombang II Corona Mengintai, Waspada IHSG Terkoreksi

Haryanto, CNBC Indonesia
18 June 2020 08:15
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Kamis (18/6/2020) berpotensi melemah terdorong oleh penurunan bursa Wall Street di tengah kekhawatiran gelombang kedua virus corona setelah pembukaan kembali aktivitas bisnis.

Sebelumnya, pada perdagangan Rabu kemarin (17/6/2020) IHSG menguat tipis, naik 1,32 poin atau 0,03% ke level 4.987,78 terdorong oleh kabar menggembirakan yang datang dari perusahaan farmasi Inggris.

AstraZeneca PLC mengungkapkan bahwa vaksin coronavirus potensial yang tengah dikembangkan perusahaan kemungkinan akan memberikan perlindungan terhadap tertularnya virus Covid-19 selama sekitar satu tahun.

Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Rabu kemarin mencapai Rp 8,57 triliun, investor asing kembali jual bersih (net sell) sebesar Rp 757,88 miliar di pasar reguler dan negosiasi. Ada sebanyak 193 saham yang mencatatkan kenaikan, sementara turun sebanyak 212 saham dan stagnan sebanyak 177.

Saham-saham yang mengalami kenaikan di antaranya PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) (14,92%), PT Menteng Heritage Realty Tbk (HRME) (11,61%), PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) (9,60%), Sedangkan PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) (9,21%) dan PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) (9,09%).

Kendati ditutup di zona hijau, namun sepanjang perdagangan kemarin IHSG mengalami tekanan yang bertubi-tubi di tengah sentimen negatif yang datang dari IMF yang memperkirakan bahwa perekonomian global pada 2020 berpeluang terkontraksi lebih buruk dari perkiraan semula. Krisis kali ini, menurut Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath, adalah semacam pengurungan akbar (Great Lockdown) yang tak pernah dilihat dunia sebelumnya.

Kemudian sentimen negatif lain juga datang dari Beijing di China yang menerapkan pembatasan perjalanan warganya, menyusul munculnya 106 kasus baru Covid-19 di wilayah tersebut. Sumber penyebaran disinyalir dari pasar grosir Xinfadi, di mana ribuan orang bertransaksi setiap harinya. Sebanyak 27 distrik dinyatakan sebagai wilayah dengan risiko menengah.

Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Rabu kemarin (Kamis pagi waktu Indonesia) mayoritas koreksi.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 170,37 poin atau 0,7% menjadi 26.119,61 dan S&P 500 turun 11,25 poin atau 0,4% menjadi 3.113,49, sementara Nasdaq naik 14,66 poin atau 0,2% menjadi 9,910.53.

Saham maskapai penerbangan, kapal pesiar, dan ritel yang selama ini diuntungkan dari rencana pembukaan kembali ekonomi, kali ini tertekan. Saham United Airlines dan Delta Airlines anjlok lebih dari 1,8% sedangkan American Airlines turun 0,3%.

Sebaliknya, saham teknologi menguat seperti induk Google yakni Alphabet yang tumbuh 0,4%. Saham Amazon dan Netflix naik masing-masing 1% dan 2,7%. Demikian juga Apple yang tumbuh 0,9% hingga sempat menyentuh rekor tertingginya yang baru.

Pada catatan pukul 07:40 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,65% pada 26.119, sedangkan S&P 500 melemah 0,36% menjadi 3.113 dan Nasdaq Composite 100 naik 0,15% pada 9.910.

Pada perdagangan pagi ini Kamis (18/6/2020) koreksi bursa Wall Street kemungkinan menjadi sentimen negatif IHSG masuk zona merah.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di bawah area resistance yang mencoba menyentuh level pivot, maka pergerakan selanjutnya cenderung untuk terkoreksi.

Untuk melanjutkan kenaikan dari sesi sebelumnya, IHSG perlu melewati level resistance selanjutnya yang berada di area 5.015 hingga area 5.050. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area 4.960 hingga area 4.935.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang mencoba berpotongan di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk koreksi.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI masih berada di bawah area 80 dan terpantau bergerak turun, artinya pergerakan selanjutnya cenderung koreksi.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di bawah area resistance mencoba menyentuh level pivot, maka pergerakan IHSG selanjutnya diperkirakan untuk terkoreksi, terkonfirmasi RSI yang sudah overbought.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular