Rupiah Perkasa, Ini Manfaat & Mudaratnya

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 June 2020 15:08
Bi Perry Warjiyo manyapaikan terkait kondisi ekonomi terkini, Kamis (28/5/2020)
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo manyapaikan terkait kondisi ekonomi terkini (Youtube Bank Indonesia)
Melihat bahwa penguatan dan pelemahan rupiah membawa dampak negatif, maka kunci utama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang sustainable adalah dengan menjaga stabilitas nilai tukar. 

Beberapa kebijakan yang dilakukan BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah antara lain dengan melakukan triple intervention di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) hingga pembelian SBN di pasar sekunder.

Saat ini rupiah sudah berada di bawah level Rp 14.200/US$. Namun Gubernur BI Perry Warjiyo meyakini rupiah saat ini masih tergolong kemurahan dan masih di bawah nilai fundamentalnya (undervalued). Keyakinan Gubernur BI tersebut dilandasi oleh beberapa faktor.

Seiring dengan berjalannya waktu dan kecemasan global mereda dan intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas nilai tukar, rupiah berbalik arah dan berada pada tren penguatan sejak awal April lalu.



Beberapa indikator makro yang jadi patokan BI dalam memberikan outlook rupiah ke depan ada empat. Pertama adalah inflasi yang terjaga. Indikator kedua adalah defisit transaksi berjalan (CAD) yang membaik. 

BI juga memutuskan untuk tetap menahan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) 4,5% di bulan Mei untuk menjaga rupiah. BI yang menahan suku bunga di angka 4,5% membuat imbal hasil surat utang pemerintah RI masih terbilang menarik dengan yield di kisaran 7%. Hal ini membuat masuknya aliran modal asing dalam bentuk portofolio investasi ke SBN dan bisa menopang rupiah yang kecanduan 'hot money'.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular