Asing Bawa Kabur Rp 1 T, Jelang Akhir Pekan IHSG Drop 0,14%

Tri Putra, CNBC Indonesia
15 May 2020 15:33
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sore hari ini ditutup di zona merah meskipun saat pembukaan sempat dibuka menguat 0,21% ke level 4.523,53, akhirnya ditutup turun 0,14% ke level 4.507,60.

Penurunan ini sangat disayangkan karena berberapa bursa Asia lain mengalami kenaikan setelah rilis data produksi industri China yang mengalami kenaikan signifikan sebesar 3,9% angka ini jauh lebih tinggi dari perkiraan yang hanya sebesar 1,5%, apalagi bila dibandingkan dengan bulan lalu yaitu kontraksi sebesar 1,1%. Perbaikan ini terjadi karena pabrik-pabrik di China sudah mulai beroperasi setelah dilonggarkanya karantina.

Investor nampaknya cuek dengan sentimen positif ini dan lebih memilih fokus kepada rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) soal neraca dagang tadi pagi yang menunjukkan bahwa impor dan ekspor di Indonesia pada April lalu tumbuh lebih lambat dari ekspektasi dan terjadi defisit neraca dagang.

Pertumbuhan impor terkontraksi 18,58% dibandingkan dengan periode sebelumnya (YoY) angka ini lebih buruk dari ekspektasi pasar yaitu kontraksi 12,73%.


Sedangkan ekspor kontraksi 7,02% secara YoY, angka ini juga lebih buruk dari ekspektasi pasar yaitu kontraksi 2,70%

Neraca perdagangan Indonesia pada April 2020 mengalami defisit sebesar US$ 350 juta, defisit ini lebih buruk dari angka perkiraan yaitu defisit US$ 200 juta.

Sentimen dari pasar global pada hari ini cenderung mixed, tapi reaksi investor di bursa saham domestik cenderung negatif yang membuat IHSG terkoreksi.

Sentimen negatif yang datang dari pasar global dilansir Reuters yang mengabarkan China Institutes of Contemporary International Relations (CICIR) yang merupakan lembaga think tank dengan afiliasi ke Kementerian Pertahanan Negeri Tirai Bambu, membuat laporan bahwa Beijing berisiko diterpa sentimen kebencian dari berbagai negara.

Skenario terburuknya, China harus bersiap dengan kemungkinan terjadinya konfrontasi bersenjata alias perang.

Sentimen negatif muncul di pasar domestik pula setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan hingga 13 Mei 2020 realisasi pembelian kembali (buyback) saham yang dilakukan oleh emiten hanya mencapai 5,4% atau sekitar Rp 1,05 triliun dari komitmen awal Rp 19,4 triliun yang diajukan di tengah kejatuhan pasar akibat pandemi virus corona (Covid-19).

Rendahnya realisasi pembelian kembali oleh emiten tersebut menjadi sinyal negatif dimana emiten masih belum siap membeli saham mereka kembali dan melawan tren pasar.

Sentimen positif dari pasar global sendiri berupa pernyataan dari Kayleigh McEnany, Juru Bicara Gedung Putih, mengungkapkan pemerintahan Trump siap menambah stimulus fiskal untuk memerangi dampak negatif dari wabah virus corona.

"Bapak Presiden sedang mempertimbangkannya. Beliau terbuka untuk itu," kata McEnany, seperti dikutip dari Reuters.

Hari ini investor asing kembali melanjutkan aksi jual bersih yang sangat masif sebanyak Rp 1,06 triliunSaham yang paling banyak dijual asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang sahamnya dijual bersih asing sebanyak Rp 465 miliar yang menyebabkan saham ini terkoreksi sebesar 4,68% ke level harga 2240.

Indeks kontrak berjangka Dow Jones, Dow Futures masih tercatat naik 0,34% pada siang hari ini.

Sedangkan mayoritas bursa Asia ditutup bervariatif, Hang Seng Index Hong Kong turun sebesar 0,14%,Nikkei Jepang terbang sebesar 0,62%, sedangkan, STI Singapore terapresiasi sebesar 0,08%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp) Next Article Awal Pekan, IHSG Langsung Terbenam ke Zona Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular