Sell in May Poundsterling, Beri Peluang Cuan Trading Forex

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 May 2020 15:49
FILE PHOTO: Wads of British Pound Sterling banknotes are stacked in piles at the Money Service Austria company's headquarters in Vienna, Austria, November 16, 2017. REUTERS/Leonhard Foeger/File Photo
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Leonhard Foeger)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling melawan dolar Amerika Serikat (AS) masih belum banyak bergerak memasuki perdagangan sesi Eropa Selasa (5/5/2020) setelah membukukan pelemahan 2 hari beruntun.

Pelemahan beruntun tersebut membuat poundsterling kembali dihantui fenomena 'Sell in May' alias selalu mengalami aksi jual dan mencatat kinerja buruk sepanjang bulan Mei.

Pada pukul 14:30 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1.2445, menguat tipis 0,03% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara dalam dua hari perdagangan di bulan Mei, poundsterling melemah 0,71% dan 0,42%.

Dalam 10 tahun terakhir, nilai tukar poundsterling selalu melemah melawan dolar AS di bulan Mei. Masih belum jelas apa yang menjadi penyebab fenomena tersebut, tetapi data menunjukkan pada periode 2010-2019 poundsterling selalu melemah di bulan Mei.



Pelemahan terbesar terjadi di Mei 2012 ketika mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini ini merosot 5,1%. Sementara pelemahan terkecil terjadi pada Mei 2015 sebesar 0,4%.

"Bulan Mei adalah salah satu yang terburuk bagi poundsterling. Jika anda melihat dalam beberapa tahun terakhir, Mei merupakan bulan yang terburuk setelah November bagi poundsterling, jadi saya fikir kita jangan terlalu optimistis memprediksi poundsterling akan menguat," kata Kenneth Broux, ahli strategi valas di Societe Generale, sebagaimana dilansir Reuters.



Dari sisi fundamental, poundsterling masih tertekan akibat ketidakpastian pelonggaran karantina wilayah (lockdown). Perdana Menteri (PM) Boris Johnson, akan meninjau kebijakan tersebut di pekan ini.

Senin (27/4/2020) lalu, saat memberikan pidato pertama setelah mengalami perawatan akibat terinfeksi virus corona, PM Johnson mengatakan saat ini masih terlalu dini menghentikan lockdown, dan risiko akan ada penyebaran gelombang kedua menjadi cukup besar jika hal tersebut dilakukan.

Pelaku pasar juga mulai pesimis terhadap outlook jangka panjang poundsterling.

Reuters melaporkan, dalam enam pekan beruntun, posisi bullish (tren menguat) pelaku pasar terus berkurang hingga akhirnya berubah menjadi bearish (tren melemah), pada 21 April lalu.

Artinya, lebih banyak pelaku pasar yang memprediksi poundsterling akan melemah ketimbang yang memprediksi akan menguat. Posisi bearish tersebut menjadi yang pertama sejak Desember tahun lalu.

Meski nantinya Inggris berhasil menghentikan pandemi Covid-19, tetapi menurut analis yang dikutip Reuters, dalam jangka panjang poundsterling masih akan terbebani oleh proses Brexit (yang saat ini sedang terlupakan).

Analisis Teknikal

Melihat harian, poundsterling yang disimbolkan GBP/USD bergerak di kisaran Fibonnaci Retracement 50% di kisaran 1,2460. Fibonnaci Retramenent tersebut ditarik dari level tertinggi US$ 1,3325 pada 13 Desember lalu, ke level terendah US$ 1,1404 pada 20 Maret lalu.

Fib. Retracement 50% tersebut bisa menjadi kunci pergerakan GBP/USD di bulan Mei. Jika tertahan di bawah level tersebut, GBP/USD berpotensi melemah ke US$ 1,2210 (Fib. Retracement 38,2%). Jika mampu ditembus, poundsterling berpeluang turun lebih dalam dan kembali mengulang sejarah selalu melemah di bulan Mei.

gbpGrafik: GBP/USD Harian
Foto: Refinitiv



Poundsterling berpeluang bangkit dan menghentikan rentetan penurunan di bulan Mei selama mampu bertahan di atas Fib. Retracement 50% di kisaran US$ 1.2460.

Sementara untuk trading harian, melihat grafik 1 jam GBP/USD sudah menembus ke bawah trend line naik yang dibentuk sejak 21 April lalu. GBP/USD sempat rebound tetapi setelah menyentuh trend line kembali turun, pergerakan tersebut bisa menjadi sinyal berlanjutnya penurunan GBP/USD.

gbpGrafik: GBP/USD 1 Jam
Foto: Refinitiv


Resisten (tahanan atas) terdekat berada di kisaran area US$ 1,2465, selama tertahan di bawah level tersebut GBP/US$ berpeluang turun ke US$ 1,3385. Sementara jika resisten dilewati, GBP/USD berpeluang menguat kr US$ 1,2515.

Indikator stochastic yang overbought menambah tekanan bagi poundsterling.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, GBP/USD berpeluang turun, yang artinya poundsterling berpeluang melemah ketika stochastic mencapai overbought.


TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]





(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular