
PDB Diramal Minus 10%, Dolar Australia ke Bawah Rp 10.600
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 May 2020 14:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Selasa (5/5/2020), saat bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) meramal kontraksi ekonomi akan lebih dalam.
Pada pukul 13:32 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.595,14, dolar Australia melemah 0,24% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di awal perdagangan hari ini, dolar Australia sebenarnya sempat menguat 0,51% ke Rp 10.674,87/AU$.
Dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini, RBA memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan di rekor terendah sepanjang masa 0,25%. RBA juga menegaskan komitmennya untuk mengelontorkan stimulus moneter melalui program pembelian aset (quantitative easing/QE) untuk menyediakan likuiditas di perekonomian.
Tetapi yang membuat dolar Australia tertekan adalah proyeksi pertumbuhan ekonomi (produk domestic bruto/PDB) yang diprediksi berkontraksi terdalam sepanjang sejarah. Bank Sentral pimpinan Philip Lowe ini memprediksi PDB Negeri Kanguru bisa berkontraksi alias minus hingga 10% di semester I-2020, dan 6% sepanjang 2020. Sementara di tahun depan PDB diprediksi tumbuh 6%.
Selain itu tingkat pengangguran juga diramal melonjak menjadi 10% dalam beberapa bulan ke depan, dan di akhir tahun masih di atas 7%.
"Pemulihan ekonomi yang lebih kuat mungkin terjadi jika ada kemajuan substansial dalam penanggulangan pandemi Covid-19 dalam waktu dekat, dan aktivitas normal kembali dengan lebih cepat," kata Lowe sebagaimana dilansir Reuters.
Jika pelonggaran lockdown ditunda, maka menurut Lowe kemerosotan ekonomi bisa lebih dalam lagi. Pemerintah Australia saat ini memang berencana melonggarkan lockdown setelah penambahan kasus Covid-19 mengalami pelambatan signifikan. Beberapa pantai bahkan sudah mulai dibuka sejak pekan lalu, dan warga di beberapa negara bagian sudah diijinkan beraktivitas meski terbatas.
Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia (produk domestic bruto/PDB) triwulan I-2020 tumbuh 2,97% secara year-on-year (YoY), terendah sejak kuartal IV-2001.
Rilis tersebut jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 4,33% YoY.
Kepala BPS Suhariyanto memaparkan pada triwulan I-2020 ada beberapa catatan peristiwa yang mempengaruhi PDB.
"Penyebaran Covid-19 ini membuat ekonomi global terkontraksi," kata Suhariyanto, Selasa (5/4/2020).
Sementara, ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia terkontraksi sebagai akibat adanya pembatasan aktivitas lockdown untuk mengendalikan penyerbaran Covid-19
Harga komoditas migas dan hasil tambang pun pada Triwulan I-2020 menunjukkan penurunan. "Jadi apa yang bisa dilihat adalah semua indikator terpengaruh Covid-19," kata Suhariyanto.
"Pada triwulan I-2020, ekonomi ini mengalami perlambatan yang sangat dalam."
Merespons merosotnya PDB Indonesia, pergerakan rupiah terbilang "santai", tidak terjadi gejolak yang berlebihan, bahkan malah menguat siang ini.
Pelaku pasar sepertinya sudah "menerima" perekonomian Indonesia melambat, bahkan perekonomian global yang akan mengalami resesi akibat bencana kesehatan Covid-19, dan bukan ulah manusia.
Yang terpenting bagi investor saat ini adakah kemampuan meredam penyebaran Covid-19 dan segara memutar kembali roda perekonomian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Pada pukul 13:32 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.595,14, dolar Australia melemah 0,24% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di awal perdagangan hari ini, dolar Australia sebenarnya sempat menguat 0,51% ke Rp 10.674,87/AU$.
Dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini, RBA memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan di rekor terendah sepanjang masa 0,25%. RBA juga menegaskan komitmennya untuk mengelontorkan stimulus moneter melalui program pembelian aset (quantitative easing/QE) untuk menyediakan likuiditas di perekonomian.
Selain itu tingkat pengangguran juga diramal melonjak menjadi 10% dalam beberapa bulan ke depan, dan di akhir tahun masih di atas 7%.
"Pemulihan ekonomi yang lebih kuat mungkin terjadi jika ada kemajuan substansial dalam penanggulangan pandemi Covid-19 dalam waktu dekat, dan aktivitas normal kembali dengan lebih cepat," kata Lowe sebagaimana dilansir Reuters.
Jika pelonggaran lockdown ditunda, maka menurut Lowe kemerosotan ekonomi bisa lebih dalam lagi. Pemerintah Australia saat ini memang berencana melonggarkan lockdown setelah penambahan kasus Covid-19 mengalami pelambatan signifikan. Beberapa pantai bahkan sudah mulai dibuka sejak pekan lalu, dan warga di beberapa negara bagian sudah diijinkan beraktivitas meski terbatas.
Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia (produk domestic bruto/PDB) triwulan I-2020 tumbuh 2,97% secara year-on-year (YoY), terendah sejak kuartal IV-2001.
Rilis tersebut jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 4,33% YoY.
Kepala BPS Suhariyanto memaparkan pada triwulan I-2020 ada beberapa catatan peristiwa yang mempengaruhi PDB.
"Penyebaran Covid-19 ini membuat ekonomi global terkontraksi," kata Suhariyanto, Selasa (5/4/2020).
Sementara, ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia terkontraksi sebagai akibat adanya pembatasan aktivitas lockdown untuk mengendalikan penyerbaran Covid-19
Harga komoditas migas dan hasil tambang pun pada Triwulan I-2020 menunjukkan penurunan. "Jadi apa yang bisa dilihat adalah semua indikator terpengaruh Covid-19," kata Suhariyanto.
"Pada triwulan I-2020, ekonomi ini mengalami perlambatan yang sangat dalam."
Merespons merosotnya PDB Indonesia, pergerakan rupiah terbilang "santai", tidak terjadi gejolak yang berlebihan, bahkan malah menguat siang ini.
Pelaku pasar sepertinya sudah "menerima" perekonomian Indonesia melambat, bahkan perekonomian global yang akan mengalami resesi akibat bencana kesehatan Covid-19, dan bukan ulah manusia.
Yang terpenting bagi investor saat ini adakah kemampuan meredam penyebaran Covid-19 dan segara memutar kembali roda perekonomian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular